Kamis 15 Sep 2022 02:03 WIB

Kementan Siapkan Tiga Strategi Pertahankan Keberlanjutan Produksi

Kementan siapkan strategi khusus mempertahankan keberlanjutan produksi pertanian.

Pertanian (ilustrasi)
Foto: Kementan
Pertanian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian menyiapkan tiga strategi khusus dalam mempertahankan keberlanjutan produksi pertanian Indonesia sebagai langkah antisipasi menghadapi krisis pangan global.

"Jadi Pak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dari awal punya strategi baru untuk menghadapi krisis pangan global. Ada tiga strategi, yaitu pertama, peningkatan kapasitas produksi melalui menekan inflasi," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Fadjry Djufry dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (14/9/2022).

Baca Juga

Strategi kedua, yaitu melakukan substitusi komoditas impor melalui pemanfaatan sumber daya tanaman lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Misalnya, mengganti gandum dengan sorgum.

"Jadi, kalau kita tidak bisa menanam gandum, tanamlah sorgum. Kalau kita tidak ada tebu, tanamlah yang lain, misalnya aren. Jadi, kami ingin menyiapkan kebutuhan itu sesuai yang ada di kita. Apa potensi yang paling memungkinkan untuk kita, kami akan dorong," katanya.

Strategi ketiga, lanjut Djufry, meningkatkan kapasitas ekspor. Menurut dia, Indonesia memiliki beberapa komoditas lokal yang dilirik pasar dunia, seperti sarang burung walet dan umbi porang.

"Ini sudah banyak pelakunya. Nilai jualnya cukup memadai, petani tertarik mengembangkan," katanya.

Selain tiga strategi di atas, Kementan juga selalu menerapkan teknologi pada sektor pertanian untuk mendukung inovasi-inovasi baru, termasuk pengembangan varietas padi yang tahan terhadap perubahan iklim.

"Alhamdulillah melalui Litbang Pertanian, rata-rata kami menyiapkan benih sumber tiga tahun terakhir 216 ribu ton. Bahkan di 2021 ini hampir 400 ribu ton benih sumber. Ini mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bibit di atas 10 juta hektare luas lahan kita," ujarnya.

Sementara itu Perwakilan International Rice Research Institute (IRRI) untuk Indonesia, Hasil Sembiring menilai positif langkah pemerintah Indonesia yang cukup masif menerapkan teknologi di sektor pertanian.

"Kalau bisa produk lebih sehat, jadi tidak hanya sekadar makan. Untuk itu perlu riset panjang," ucap Hasil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement