Kamis 15 Sep 2022 04:04 WIB

Jumlah Anak Muda Jepang Tolak Menikah Capai Rekor Tertinggi

Pemerintah Jepang diminta memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Nur Aini
Survei terbaru menunjukkan warga muda Jepang makin banyak memilih untuk tidak menikah.
Foto: AP
Survei terbaru menunjukkan warga muda Jepang makin banyak memilih untuk tidak menikah.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Sebuah survei di Jepang mengungkapkan jumlah anak muda yang menolak untuk menikah sudah mencapai rekor. Para pakar memperingatkan tren ini akan merusak upaya negara untuk mengatasi krisis populasi.

Badan yang berafiliasi dengan pemerintah di Tokyo, National Institute of Population and Social Security, mengatakan hasil survei tahun 2021 yang diterbitkan pada bulan ini akan menambah kekhawatiran tentang tingkat kelahiran yang rendah. Menurut survei, 17,3 persen pria dan 14,6 persen perempuan yang berusia antara 18 dan 34 tahun mengatakan tidak berniat untuk menikah. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak survei dilakukan pertama kali pada 1982.

Baca Juga

Kala itu, hanya 2,3 persen pria dan 4,1 persen perempuan yang mengatakan menolak untuk menikah. Penurunan jumlah pernikahan memiliki konsekuensi terhadap tingkat kelahiran Jepang. Sebab, negara harus menghadapi prospek depopulasi dramatis dan tenaga kerja serta ekonomi yang menyusut.

Para pakar mengaitkan tren tersebut dengan sejumlah faktor, termasuk keinginan di kalangan perempuan untuk menikmati kebebasan menjadi lajang dan fokus dalam berkarir. Sementara pria menyuarakan kekhawatiran soal keamanan pekerjaan dan kemampuan finasial mereka untuk menafkahi keluarga. Menanggapi ini, para pakar telah meminta pemerintah untuk mempermudah perempuan kembali bekerja setelah memiliki anak dan mengatasi jam kerja Jepang yang panjang.

Profesor sosiologi Chukyo University Shigeki Matsuda mengatakan penurunan tren pernikahan akan berdampak buruk pada tingkat kelahiran. “Pemerintah Jepang telah bekerja untuk meningkatkan angka kelahiran dengan mencoba membantu mereka yang ingin menikah atau memiliki anak. Namun, jika jumlah orang yang tidak ingin menikah terus meningkat, pemerintah akan dipaksa untuk meninjau kembali kebijakannya dan itu dapat menyebabkan penurunan kelahiran lebih lanjut,” kata Matsuda, dilansir The Guardian, Rabu (14/9/2022).

Kementerian Kesehatan Jepang menyebut pada 2021, jumlah bayi yang lahir di Jepang turun 29.231 atau 3,5 persen dari tahun sebelumnya ke rekor terendah, yaitu 811.604. Sementara, jumlah pernikahan turun 24.391 menjadi 501.116, angka terendah sejak akhir perang dunia kedua.

Data pemerintah yang dirilis pada Mei menunjukkan populasi Jepang turun dengan rekor 644 ribu tahun lalu, sebuah penurunan 11 tahun berturut-turut. Data tersebut mendorong intervensi dari Elon Musk yang memperingatkan bahwa Jepang akan tidak ada kecuali melonggarkan aturan tentang imigrasi dan berbuat lebih banyak untuk mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih sehat. Namun, Musk dikritik di media sosial karena dianggap bereaksi berlebihan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement