Senin 12 Sep 2022 11:30 WIB

Dukungan Terhadap Fumio Kishida Semakin Merosot

Hubungan partai berkuasa dengan gereja kontroversial berdampak pada Fumio Kishida.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Dukungan pada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida merosot ke titik terendah sejak ia mulai menjabat.
Foto: Rodrigo Reyes Marin/Pool Photo via AP
Dukungan pada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida merosot ke titik terendah sejak ia mulai menjabat.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Dukungan pada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida merosot ke titik terendah sejak ia mulai menjabat. Tampaknya kemarahan masyarakat pada hubungan partai berkuasa dengan gereja kontroversial dan pemakaman kenegaraan mantan perdana menteri Shinzo Abe memukulnya keras.

Jajak pendapat menunjukkan, dukungan pada pemerintah turun dari 47 persen pada akhir Agustus lalu menjadi 41 persen, terendah sejak Kishida menjabat pada Oktober tahun lalu. Survei serupa pekan lalu juga menunjukkan hasil yang sama, turun dari 57 persen pada awal Juli lalu.

Jajak pendapat surat kabar Asahi Shimbun, Senin (12/9/2022) menunjukkan jumlah responden yang tidak mendukung pemerintah Kishida naik dari 47 persen menjadi 39 persen.

Hubungan partai berkuasa Liberal Democratic Party (LDP) dengan Unification Church yang didirikan di Korea Selatan pada 1950-an menyulitkan Kishida. Hubungan itu terungkap setelah pelaku pembunuhan Abe mengaku ibunya bangkrut karena gereja itu dan menyalahkan Abe karena mempromosikannya.

Keputusan Kishida untuk menggelar pemakaman kenegaraan untuk Abe pada 27 September mendatang juga memicu kemarahan, baik karena hubungan dari anggota parlemen LDP dengan partai dan anggaran yang digunakan.

Pekan lalu, Kishida mempertahankan keputusannya menggelar pemakaman kenegaraan yang seluruh biayanya ditanggung pemerintah. Sekitar 64 persen responden mengatakan mereka tidak dapat menerima alasan Kishida.

Surat kabar Asahi mengatakan, penolakan terhadap pemakaman itu naik dari 50 persen pada bulan Agustus lalu menjadi 56 persen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement