Senin 12 Sep 2022 00:18 WIB

Albania Alami Lagi Serangan Siber dan Kembali Salahkan Iran

Sistem komputer kepolisian Albania diserang hacker pada Jumat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Polisi berjaga di luar Kedutaan Besar Iran di Tirana, Albania, Kamis, 8 September 2022. Staf terakhir Kedutaan Besar Iran di Tirana meninggalkan gedung pada Kamis setelah mereka diberi waktu 24 jam untuk meninggalkan Albania atas serangan siber besar yang dituduhkan oleh pemerintah Albania di Iran.
Foto: AP Photo/Franc Zhurda
Polisi berjaga di luar Kedutaan Besar Iran di Tirana, Albania, Kamis, 8 September 2022. Staf terakhir Kedutaan Besar Iran di Tirana meninggalkan gedung pada Kamis setelah mereka diberi waktu 24 jam untuk meninggalkan Albania atas serangan siber besar yang dituduhkan oleh pemerintah Albania di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TIRANA -- Albania kembali mengalami serangan siber. Kali ini, sistem komputer kepolisian di sana yang menjadi target. Seperti sebelumnya, negara tersebut menuding Iran mendalangi aksi itu.

“Sistem komputer kepolisian nasional diserang pada Jumat (9/9/2022) oleh serangan siber yang, menurut informasi awal, dilakukan oleh aktor yang sama yang pada bulan Juli menyerang sistem layanan publik dan pemerintah negara ini,” kata Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Albania dalam sebuah pernyataan, Sabtu (10/9/2022), dikutip laman Aljazirah.

Baca Juga

Kemendagri Albania mengungkapkan, untuk menetralisasi serangan siber tersebut dan mengamankan sistem, otoritas berwenang di sana telah mematikan sistem komputer di pelabuhan laut, bandara, dan pos perbatasan. Tak dijelaskan berapa lama penonaktifan sistem komputer bakal berlangsung.

Pada Rabu (7/9/2022) lalu, Albania memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Hal itu dilakukan karena Teheran dituding terlibat dalam serangan siber yang mengancam keamanan negara tersebut pada Juli lalu.“Pemerintah telah memutuskan dengan segera untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran,” kata Perdana Menteri Albania Edi Rama dalam sebuah pernyataan.

Menurut dia, pemutusan hubungan diplomatik itu merupakan langkah tepat dan sesuai untuk merespons serangan siber yang dialami negaranya pada Juli lalu. “Tanggapan ekstrem ini sepenuhnya sebanding dengan kegawatan dan risiko serangan siber yang mengancam melumpuhkan layanan publik, menghapus sistem digital dan meretas catatan negara, mencuri komunikasi elektronik intranet pemerintah, dan menimbulkan kekacauan serta ketidakamanan di negara ini,” ucapnya.

"Penyelidikan mendalam memberi kami bukti tak terbantahkan bahwa serangan siber terhadap negara kami diatur dan disponsori oleh Republik Islam Iran melalui keterlibatan empat kelompok yang melakukan agresi," kata Rama menambahkan. Dia tak mengungkap nama empat kelompok yang dimaksud.

Iran mengecam langkah yang diambil Albania. Teheran menilai, tuduhan Albania bahwa mereka terlibat dalam serangan siber ke negara tersebut tak memiliki dasar.

Hubungan Albania dengan Iran telah dibekap ketegangan sejak 2014. Kala itu Albania menerima sekitar 3.000 anggota kelompok oposisi yang diasingkan, yakni Organisasi Mujahidin Rakyat Iran atau dikenal pula dengan nama Farsi Mujahideen-e-Khalq. Mereka telah menetap di sebuah kamp di dekat Durres, pelabuhan utama Albania.

Sebelumnya Albania mengatakan bahwa mereka telah menggagalkan sejumlah upaya serangan yang direncanakan oleh agen Iran terhadap kelompok oposisi tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement