Sabtu 10 Sep 2022 10:30 WIB

Mengidentifikasi Diri

Orang beriman adalah orang yang pandai mengidentifikasi dirinya.

Taqwa / takwa (ilustrasi) Bertakwa kepada Allah adalah salah satu ciri orang yang bisa mengidentifikasi diri.
Foto: Dok Republika
Taqwa / takwa (ilustrasi) Bertakwa kepada Allah adalah salah satu ciri orang yang bisa mengidentifikasi diri.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syamsul Yakin

Mengidentifikasi diri sendiri tak semudah mengidentifikasi orang lain. Seperti kata pepatah,  "Semut di seberang lautan kelihatan, tapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan." 

Kedua pandangan ini membuat manusia  terpecah menjadi dua kelompok. Pertama orang beriman. Kedua, orang yang kerap menebar kejahatan.

Orang beriman adalah orang yang pandai mengidentifikasi dirinya dan melihat kesalahan  di pelupuk matanya. Sementara  penebar kejatahan kerap tidak mampu mengidentifikasi dirinya namun mampu melihat kesalahan orang kendati di seberang lautan.

Dalam sebuah hadits yang dikutip Abu Laits, yakni dalam kitab Tanbihul Ghafilin, Nabi secara retoris bertanya kepada para sahabat,  "Tahukah kamu siapakah orang yang beriman itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu."

Nabi menyatakan, "Orang beriman adalah orang yang tidak mati sebelum Allah memenuhi pendengarannya dengan apa yang dia sukai. Andai kata orang itu beribadah karena taat kepada Allah dalam sebuah rumah yang di hadapannya ada 70  lapis rumah dan masing-masing rumah itu memiliki pintu dari besi, niscaya Allah akan tetap memakaikan selendang amalnya sehingga orang-orang membicarakannya dan menambahkan (amalnya)." 

Ada yang bertanya, "Ya Rasululluh, mengapa mereka menambahkan (amalnya)?”  Nabi menjawab, "Sebab orang beriman itu senang andai kata amalnya bertambah."

Lalu secara retoris kembali Nabi bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kamu siapakah orang yang jahat itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih tahu."  

Nabi memberi tahu, "Orang yang jahat adalah orang yang tidak mati sebelum Allah memenuhi pendengarannya dengan apa yang dia benci. Seandainya seseorang mengerjakan suatu maksiat kepada Allah  dalam suatu rumah yang di hadapannya ada 70  lapis rumah dan masing-masing rumah itu memiliki pintu dari besi, niscaya Allah akan memakaikan selendang amalnya sehingga orang-orang membicarakannya dan menambahkan (amalnya).”

Ada yang bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa mereka menambahkan (amalnya)?" Nabi menjawab, "Sebab orang yang jahat itu senang andai kata kejahatannya bertambah".

Untuk terus bisa mengidentifikasi diri, bolehlah kita merujuk petunjuk Allah, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Hasyr/59: 18).

Menurut pengarang Tafsir Jalalain,  yang dimaksud hari esok pada ayat ini adalah hari kiamat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement