Kamis 08 Sep 2022 14:01 WIB

Suku Bunga Meningkat, Begini Dampaknya ke Sektor Properti

Suku Bunga Bank Indonesia (BI) baru saja mengalami kenaikan menjadi 3,75 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Harga properti. Ilustrasi
Foto: Olx
Harga properti. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor properti menjadi salah satu sektor yang bakal terimbas kenaikan suku bunga. Seperti diketahui, suku Bunga Bank Indonesia (BI) baru saja mengalami kenaikan menjadi 3,75 persen dari 3,5 persen. 

Ke depan, Colliers Indonesia melihat, upaya Federal Reserve dan Bank Sentral lain dalam melawan inflasi dan kenaikan Dolar AS dengan terus meningkatkan suku bunga, akan berimbas pada semakin banyaknya tekanan pada BI untuk mengikuti serta meningkatkan suku bunga. 

Baca Juga

"Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi biaya pendanaan bagi pengembang, investor, dan end-user di Indonesia," kata Colliers Indonesia Head of Capital Markets & Investment Services, Steve Atherton, dalam risetnya dikutip Kamis (8/9/2022). 

Inflasi di Indonesia juga meningkat pada level 4,94 persen (tahun ke tahun) dengan kenaikan harga bahan bangunan tertentu mencapai hingga 20-30 persen. Pada akhirnya, harga yang lebih tinggi bagi konsumen dan kenaikan suku bunga akan menjadikan pasar properti lokal kurang bergairah.

Selain itu, jika keadaan ekonomi secara umum mulai melambat diiringi dengan peningkatan PHK, akan menjadikan pembeli lebih berhati-hati dalam berkomitmen untuk melakukan investasi, pengeluaran jangka menengah, hingga panjang.

Sementara investor asing akan lebih berhati-hati dalam mengambil langkah. Sebagian besar investor asing, termasuk pengembang, dana ekuitas swasta, dana berdaulat, dana institusional, dan investor swasta, biasanya akan memprioritaskan pilihan terhadap mitra lokal sebagai langkah pertama dalam proses investasi. 

Colliers memperkirakan target kelas aset utama selama 12 hingga 18 bulan ke depan antara lain adalah rumah tapak, township, logistik dan data center. Pemilik tanah dan pengembang lokal yang memiliki bank tanah pada kelompok aset tersebut akan berada dalam posisi terbaik untuk menarik investasi baru baik asing maupun lokal. 

Colliers memperhitungkan akan lebih banyak aktivitas investasi dan pengembangan dalam proyek mixed-use di dekat stasiun transit, seperti MRT dan LRT. Penyewa dan pemilik dapat lebih dekat dengan lokasi pekerjaan, berbelanja, serta lifestyle yang lebih nyaman.

Investor kontrarian (lokal dan asing) dapat menjadi faktor karena pasar properti lokal mengalami lebih banyak keterbatasan dalam hal permintaan jangka pendek dan beberapa bentuk kesulitan lain seperti pinjaman bank yang gagal dibayar, dan meningkatnya tekanan untuk membayar kembali bunga dan pinjaman yang ditangguhkan.

Dengan kinerja pasar kantor dan apartemen yang sedang melemah saat ini, Colliers memandang adanya beberapa peluang investasi. Ini dikarenakan investor kontrarian berharap dapat memperoleh properti dengan harga terjangkau bahkan dibawah biaya penggantian, serta dapat mengatur waktu investasi dengan sempurna sesuai dengan siklus properti berikutnya.

"Secara menyeluruh, diharapkan bahwa ekonomi Indonesia dapat berada dalam posisi yang relatif kuat untuk menghadapi resesi global yang tertunda, dikarenakan ekonomi konsumen domestik kita yang kuat dan sektor pertambangan dan komoditas yang baik," kata Steve.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement