Rabu 07 Sep 2022 21:17 WIB

Erick Thohir: Harga Pertamax Bisa Turun sesuai Harga Minyak Mentah Dunia

Harga Pertamax ditentukan dengan mekanisme harga minyak mentah dunia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kanan) menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan kunjungan ke Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC) di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (7/9/2022). Dalam kunjungan tersebut, Erick Thohir pastikan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dalam kondisi aman, meski pemerintah belum melakukan penambahan kuota untuk Pertamina. Selain itu, Ia berharap fasilitas PIEDCC yang berbasis digital tersebut harus mampu mendorong penyaluran subsidi BBM secara tepat sasaran. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati (kanan) menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan kunjungan ke Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC) di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (7/9/2022). Dalam kunjungan tersebut, Erick Thohir pastikan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dalam kondisi aman, meski pemerintah belum melakukan penambahan kuota untuk Pertamina. Selain itu, Ia berharap fasilitas PIEDCC yang berbasis digital tersebut harus mampu mendorong penyaluran subsidi BBM secara tepat sasaran. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seperti Pertamax berpeluang turun. Hal ini, ucap Erick, disebabkan lantaran harga Pertamax ditentukan dengan mekanisme harga minyak mentah dunia.

Dia menyebut apabila harga minyak dunia turun, maka Pertamax pun akan mengikuti mekanisme tersebut dengan menurunkan harga jual kepada masyarakat. "Banyak juga yang bicara, nanti kalau harga minyak dunia turun seperti apa, ya pasti kita turun, cuma yang mesti diingat apa yang dilakukan pemerintah hari ini, itu mengurangi subsidi," ujar Erick saat meninjau Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Baca Juga

Erick menyebut BBM seperti Pertalite, Solar, dan Pertamax masih dalam subsidi. Erick menilai jika minyak mentah dunia yang saat ini sebesar 95 dolar AS per barel turun menjadi 75 dolar AS per barel maka akan diikuti dengan harga jual Pertamax kepada masyarakat. 

"Kalau nanti harga minyak dunia turun, Pertamax akan harga pasar, jadi bisa saja turun, tapi apakah Solar dan Pertalite itu nanti harga pasar, tidak bisa karena itu subsidi," ucap Erick.

Erick menyampaikan penyesuaian harga Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter merupakan upaya pemerintah dalam mengalihkan subsidi agar lebih tepat sasaran. Ia menyebut selama ini, meski sebagai BBM nonsubsidi, Pertamina tetap memberikan subsidi untuk Pertamax. Erick mengatakan harga Pertamax sejatinya masih berada di bawah harga keekonomian maupun harga yang ditawarkan kompetitor.  

"Karena yang selalu diingatkan, yang kita, pemerintah lakukan hari ini bukan kenaikan harga, tapi pengurangan subsidi," lanjut pria kelahiran Jakarta tersebut.

Erick menilai perbandingan harga BBM antarnegara tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Erick mengatakan status sebagai negara produsen BBM tentu akan berbeda dengan negara yang hanya mengimpor BBM dalam penentuan harga jual kepada masyarakat.

"Nah ini kadang-kadang persepsi dari masyarakat dibanding-bandingkan, kenapa negara ini lebih murah, karena masih menghasilkan, mayoritas gitu, kalau kita sudah impor," sambung dia.

Kata Erick, Indonesia sejak sembilan tahun lalu sudah bukan lagi menjadi anggota negara pengekspor minyak atau OPEC. Alhasil, Indonesia masuk dalam kategori dengan yang mengimpor BBM sejak 2003.

Erick menilai pengurangan subsidi BBM akan diimbangi oleh perusahaan dengan menyesuaikan besaran gaji untuk para pekerja. Dia menilai penyesuaian gaji merupakan hal yang lumrah tatkala terjadi pengalihan subsidi BBM.

Untuk BUMN sendiri, Erick meminta agar melakukan sejumlah program dalam menyeimbangkan perekonomian. Salah satunya lewat Makmur sebagai sebuah program dan ekosistem pertanian yang terintegrasi, dari hulu hingga ke hilir. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement