Rabu 07 Sep 2022 18:02 WIB

Jaringan Nusantara: BBM Naik, Mengapa Megawati dan Puan Maharani tak Menangis Lagi?

Konsistensi PDIP dalam isu kenaikkan BBM dipertanyakan.

Puluhan perahu nelayan bersandar di sungai kawasan Cemandi, Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (6/9/2022). Nelayan di wilayah itu memilih untuk sementara tidak melaut karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Puluhan perahu nelayan bersandar di sungai kawasan Cemandi, Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (6/9/2022). Nelayan di wilayah itu memilih untuk sementara tidak melaut karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani dan petinggi ini Hal initidak menangis ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM. Hal ini berbeda saat Presiden SBY berkuasa, kala itu para elite PDIP menangis ketika pemerintah menaikkan harga BBM.

"Jokowi naikkan BBM Ibu Mega dan Puan kok tidak menangis," kata pendiri Jaringan Nusantara (JN) Aam Sapulete perbincangan di Jakarta, Rabu sore, (7/9/2022).

Aam menilai, para petinggi PDIP yang menangis saat BBM dinaikkan di era SBY hanya mencari simpati rakyat. "Harusnya para petinggi PDIP menunjukkan sikap konsisten seperti yang diperlihatkan di era SBY menolak kenaikan harga BBM," paparnya.

Kata Aam, publik bisa menilai sendiri ketika PDIP berkuasa. "Masyarakat mempertanyakan PDIP sebagai partainya wong cilik ketika mendukung kenaikan BBM di era Jokowi," jelas Aam.

Aam mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak terhadap meroketnya berbagai kebutuhan pokok. "Pendapatan masyarakat tidak naik, harga kebutuhan pokok meningkat. Ini menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan angka kemiskinan meningkat," ungkapnya.

Selain itu, Aam juga heran ketika SBY berkuasa, Jokowi maupun elite PDIP tidak setuju dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai). "Namun, BLT kemudian ternyata dipakai Jokowi sebagai upaya memberikan bantuan terhadap masyarakat yang terdampak kenaikan BBM," jelas Aam.

Aam pun mempertanyakan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengeluarkan kebijakan menaikkan pajak dan harga BBM di tengah masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi. 

"Ibu untuk apa sekolah tinggi-tinggi sampai ke luar negeri, ketika diberi amanah menjadi menteri bisa nya hanya menaikkan harga BBM, menaikkan pajak? Alasannya untuk rakyat, tapi rakyat juga yg dibuat susah," pungkas Aam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement