Selasa 06 Sep 2022 21:01 WIB

Marrakesh Berawal dari Kamp Militer Jadi Kota Metropolitan

Marrakesh merupakan daerah rawan perampokan terhadap karavan yang melintas.

Istana El Badi, Marrakesh, Maroko
Foto: Wikipedia
Istana El Badi, Marrakesh, Maroko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Yusuf Ibnu Tashfin merupakan salah satu penguasa Dinasti Murabithun. Setelah menguasai Marrakesh, Yusuf ibnu Tashfin lalu menaklukkan kota-kota lain termasuk Tilimsan (Aljazair). 

Kecerdikan militer dan keberanian personal Yusuf ibnu Tashfin membuat Murabithun di bawah kepemimpinan Yusuf ibnu Tashfin me luaskan pengaruh hingga ke perbatasan Tunisia dengan Atlantik, dari Mediterania hingga Senegal. Tidak ada pemimpin daratan Afrika yang memiliki kekuatan dan kekuasaan seluas itu selain Yusuf ibnu Tashfin.

Baca Juga

Konon, perawakan Yusuf ibnu Tashfin sedang saja. Kulitnya berwarna cokelat. Jang gut nya tipis. Matanya berwarna gelap, hidung agak melengkung, dan kedua alisnya bertemu di atas pangkal hidung. Rambutnya ikal. Suaranya lembut, tapi elegan.

Ia berguru pada Ibnu Yasin selama 20 tahun dan menguasai ilmu syariah. Tidak heran ia be gitu berani, tekun, tapi juga adil dan pemurah. Yusuf ibnu Tashfin sebelumnya tidak me getahui potensi yang dimiliki Marrakesh. Sebagai seorang panglima militer, Yusuf ibnu Tashfin hanya tahu kota itu sebagai kamp militer.

 

Dalam Bahasa Berber, Marrakesh sendiri berarti "jalan cepat". Hal itu karena dulu Marrakesh merupakan daerah rawan perampokan terhadap karavan yang melintas. Para pembawa karavan selalu memacu secepat mungkin karavannya agar terhindar dari serangan para begundal. Daerah itu lalu berubah saat Yusuf ibnu Tashfin mendirikan kamp militer hingga akhirnya menjadi kota.

Orang-orang Eropa sendiri menyebut kota baru itu Maroko yang kemudian jadi sebutan umum untuk semua wilayah utara di bawah kekuasaan Murabithun. Maroko jadi negeri yang indah dan meriah. Ada Masjid Kutubia dengan menaranya yang "mencakar langit". Dari menara itu, orangorang bisa melihat daerah sekitar Maroko.

Menara Kutubia sebagiannya dipasangi te gel biru turkuaz. Di bawahnya, berjejer ratusan lapak pedagang kitab (buku). Menara dengan jajaran pedangan buku (Kutubia), demikian menara itu akhirnya disebut. Marrakesh me mang dikenal sebagai tempat untuk mencari naskah-naskah penting. Marrakesh dengan ce pat jadi buah bibir para pencinta buku di se antero Afrika.

Wafat pada usia 97 tahun, Yusuf ibnu Tashfin memimpin Maroko selama 55 tahun. Di zamannya, ilmu pengetahuan berkembang. Meski begitu, tidak semua orang puas. Setelah wafat, putra Yusuf ibnu Tashfin yang bernama Ali mengambilalih kekuasaan. Kepemimpinan Ali ternyata bencana.

Selama era kepemimpinan Yusuf ibnu Tashfin harga barang-barang murah, permintaan publik terke lola, jalur dagang diamankan. Sayangnya, pem berontakan mengubah semua itu. Kota nan se jahtera berubah jadi kota budak dan kelaparan terlihat di manamana. Dinasti Murabithun pun terpuruk dan digantikan Dinasti Muwahidun (Almohad).

Meski Muwahidun menjadikan Sevilla di Andalusia sebagai ibu kota, Marrakesh tetap jadi kota penting. Capaian tertinggi Muwahidun di Marrakesh adalah pendirian rumah sakit yang diberi nama Bimaristan Amir al-Muminin al-Mansur Abu Yusuf. Al-Mansur Abu Yusuf sendiri memerintah pada 1184-1199.

Ia memerintahkan agar rumah sakit itu di bangun sedemikian indah, dengan taman bunga dan pohon buah-buahan. Perabotan dilapisi wool, linen, dan sutra. Ia bahkan, secara khusus menyalurkan dana wakaf dan sedekah untuk membiayai operasional rumah sakit yang besarnya 40 dinar per hari

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement