Selasa 06 Sep 2022 11:37 WIB

Pasar Hotel Ramah Muslim Turki Alami Peningkatan

Hotel ramah muslim di Turki meningkat.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Pasar Hotel Ramah Muslim Turki Alami Peningkatan. Foto: Little Hagia Sophia
Foto: Anadolu Agency
Pasar Hotel Ramah Muslim Turki Alami Peningkatan. Foto: Little Hagia Sophia

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Penggunaan burkini di lokasi wisata air, seperti kolam maupun pantai, kerap masih menjadi permasalahan bagi beberapa pihak. Namun, keberadaan hotel halal atau ramah Muslim sepertinya bisa menjadi salah satu solusi, dengan pasar yang terus meningkat.

Perwakilan dari Arin Beach Hotel, Hilal Uysal Namal, menyebut berenang dengan burkini di Turki tetap bukan hal yang mudah. Mereka bisa merasa tidak nyaman karena terlihat berbeda, namun harus karena alasan kesehatan.

Baca Juga

Beberapa dokter menyampaukan informasi, wanita bercadar perlu mendapatkan vitamin D karena tubuh mereka yang tidak pernah terpapar matahari.

Di tempatnya, pakaian renang burkini yang menutupi seluruh tubuh kecuali tangan, wajah dan kaki, disebut tidak lagi diperlukan. Pihaknya menyediakan tiga pantai, satu untuk wanita, satu untuk keluarga dan satu untuk pria. Pantai khusus untuk wanita ini benar-benar terpisah.

Hotel-hotel seperti Adin dikenal ramah Muslim dan sangat mapan di Malaysia, Indonesia, dan Turkiye. Seorang Profesor di Departemen Pariwisata Universitas Akdeniz, Omer Akgun Tekin, menyebut tipe hotel ini sudah menjadi "raksasa global" dalam menyediakan pariwisata tradisional.

“Sekitar 400 juta Muslim tinggal dalam radius penerbangan 5 jam di sekitar Turkiye. Untuk alasan ini, Turkiye sangat dekat dengan cagar wisata Muslim terpenting di dunia. Di daerah ini, semakin banyak bisnis di Turkiye yang mencoba menawarkan layanan kepada turis Muslim setiap hari," ujar Tekin dikutip di MEMO, Selasa (6/9/2022).

Salah satu layanan halal yang diberikan hotel-hotel ini adalah makanan dan lingkungan bebas alkohol. Meski industri ini lebih dikenal sebagai bisnis hotel halal, Tekin mengatakan terminologi ini secara teknis cacat, karena hampir tidak mungkin segala sesuatu di dalamnya memenuhi standar yang diperlukan untuk menyebutnya halal.

Tekin menyebut hotel ramah Muslim pertama berasal dari tahun 1970-an. Mereka tumbuh di tahun 90-an dan kemudian berkembang pesat pada 2006, setelah Muslim yang lahir di Generasi Z mulai bepergian lebih mandiri dan menjelajahi dunia.

Bisnis halal juga disebut sangat menggiurkan. Contoh, sebuah vila di Adin Beach Hotel dapat membuat pelancong membayar hampir 1.000 dolar semalam. Hilal pun menegaskan, bisnis hotel halal ini sedang booming, yang mana vila-vila miliknya sudah penuh dipesan setiap malam dalam seminggu.

Saat ini permintaan hotel ramah Muslim juga melebihi pasokan, yang mendorong harga-harga sewa naik. Di sisi lain, hotel harus memberikan layanan yang lebih dari tempat konvensional, misalnya kolam terpisah untuk pria dan wanita dan staf yang harus merawat masing-masing kolam.

Meski muncul permintaan tinggi, pasar pariwisata ramah Muslim saat ini hanya menyumbang lima persen dari pasar pariwisata global.

Tekin menyebut pelancong yang pergi berlibur ke hotel berkonsep ramah muslim pada umumnya adalah individu dalam kelompok pendapatan yang terdiri dari keluarga besar, minimal 5-6 orang dan yang menghabiskan banyak uang.

"Dalam hal ini, meskipun pasar perjalanan Muslim adalah pasar kecil dalam hal kuantitas, ini adalah pasar yang sangat berharga dalam hal kualitas," lanjut dia.

Pantai pribadi yang terpisah adalah salah satu daya tarik utama hotel seperti Adin. Meski penggunaan burkini tidak secara resmi dilarang di Turkiye, namun seringkali hotel tidak mengizinkannya.

Hilal pun menyebut dirinya pernah menelepon tiga hotel terbaik di Turkiye dan menanyakan seputar aturan penggunaan burkinu. Hasilnya, semua mengatakan dilarang mengenakan pakaian renang jenis ini di kolam renang mereka.

Kondisi ini menyebabkan terbukanya pasar bagi Adin dan hotel serupa lainnya, untuk menerima wanita Muslim seperti Ummühan Ozçelik dan Kevser Yıldızhan, yang frustrasi dengan pembatasan ini. Ummühan mengatakan meski dia tidak pernah merasa didiskriminasi sebagai wanita bercadar di Turkiye, dia merasa lebih nyaman berlibur di hotel dengan konsep ramah Muslim.

"Larangan burkini di beberapa hotel di Turkiye tidak lain adalah diskriminasi dan tidak menghormati kami," kata Ümmühan.

Kevser menyebut, muslim bercadar disebut selalu merasa dikucilkan ketika berada di hotel lain. Ia dan keluarga pun memilih menginap di Adin Beach Hotel, agar ibunya yang mengenakan jilbab bisa menikmati liburan yang lebih nyaman.

Adapun pariwisata ramah Muslim saat ini sedang naik daun. Tekin mengatakan pasar ini akan meningkat pesat dalam waktu dekat karena peningkatan populasi Muslim global, seiring meningkatnya pendapatan dan pendidikan yang mereka terima. Di sisi lain, rasisme juga bisa menjadi faktor.

"Setelah 11 September, kami melihat Islamofobia telah bangkit dan menetap di banyak negara non-Muslim, terutama Amerika Serikat," ucap Tekin.

Hotel-hotel dengan konsep ramah Muslim menarik banyak perhatian, karena umat Islam merasa lebih aman dan nyaman. Tujuannya hotel ini untuk memastikan wanita dan anak-anak menikmati liburan dengan memberikan lebih banyak kesempatan bermain.

Fakta lainnya, sejumlah besar hotel ini juga menawarkan banyak solusi ramah perempuan dan anak. Untuk alasan ini, Tekin melihat tidak hanya wisatawan konservatif religius yang tertarik, tetapi juga wisatawan yang lebih sekuler lebih memilih hotel-hotel ini.

Hilal pun menyetujui bahwa tidak semua pelanggannya konservatif. Beberapa wanita yang tidak mengenakan jilbab datang ke hotelnya karena mereka merasa lebih nyaman memakai bikini di pantai wanita.  

Sumber:

https://www.middleeastmonitor.com/20220818-in-turkiye-the-halal-hotel-market-is-booming/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement