Senin 05 Sep 2022 17:27 WIB

BPK RI Incar Posisi China di Dewan Auditor PBB

Saat ini posisi Dewan Auditor PBB diisi tiga negara, yakni China, Prancis dan Chile.

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Isma Yatun (kedua kiri) bersama delegasi usai sesi foto saat pertemuan membahas mengenai arsitektur kesehatan global saat Koferensi Tingkat Tinggi Supreme Audit Institutions 20 (KTT SAI20) di Nusa Dua, Badung, Bali, pada 29 Agustus 2022.  Badan Pemeriksa Keungan (BPK) RI menargetkan posisi di Dewan Auditor Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations Board of Auditors (UN BoA).
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Isma Yatun (kedua kiri) bersama delegasi usai sesi foto saat pertemuan membahas mengenai arsitektur kesehatan global saat Koferensi Tingkat Tinggi Supreme Audit Institutions 20 (KTT SAI20) di Nusa Dua, Badung, Bali, pada 29 Agustus 2022. Badan Pemeriksa Keungan (BPK) RI menargetkan posisi di Dewan Auditor Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations Board of Auditors (UN BoA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pemeriksa Keungan (BPK) RI menargetkan posisi di Dewan Auditor Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations Board of Auditors (UN BoA). Posisi tersebut untuk menunjukkan kredibilitas auditor Tanah Air di kancah global.

"Kalau di 2026 kita bisa masuk di UN BoA, kita bisa memeriksa 12 entitas yang ada di UN, kami punya milestone seperti itu," kata Ketua BPK Isma Yatun saat Bincang Media di Kantor BPK, Jakarta, Senin (5/9/2022).

Baca Juga

Isma menyampaikan bahwa BPK ingin kapasitasnya tidak hanya sebatas pemeriksa laporan keuangan pemerintah, namun juga secara eksternal dengan memeriksa laporan keuangan eksternal di tingkat global.

"Kami sudah punya satuan kerja yang namanya Pusat Kemitraan Global yang fokus untuk mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan internasional," ujarnya.

Wakil Ketua BPK Agus Joko Pramono menjelaskan lembaga internasional yang menerapkan International Public Sectors Accounting Standars (IPSAS) sebanyak 100 persen hanya UN, sehingga dengan mengaudit UN, maka BPK akan mendapatkan pemahaman yang utuh terkait implementasi IPSAS.

Di Indonesia saat ini, lanjutnya, sudah mulai diterapkan IPSAS, namun belum 100 persen. Sehingga penting bagi BPK untuk menjadi auditor UN untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan.

Keanggotaan BoA UN, memungkinkan BPK untuk mengaudit lembaga internasional secara masif. Meski saat ini Indonesia telah menjadi eksternal auditor untuk lembaga internasional seperti International Atomic Energy Agency (IAEA) selama dua periode dan eksternal auditor untuk International Maritime Organization (IMO), BPK harus bersaing dengan lembaga pengawas keuangan dari negara lain terlebih dahulu.

"Kalau kita masuk BoA itu ditunjuk oleh Resolusi Majelis Umum PBB. Sekarang posisi di BoA itu diisi oleh China, Prancis dan Chile, kita punya kesempatan untuk menggantikan China di 2026 tapi pendaftaran dan sebagainya dimulai dari sekarang," jelas Agus.

Lebih lanjut Agus menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai kesempatan untuk menjadi Ketua BPK sedunia The International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). "Target kita itu, apabila sudah sampai sana baru kita maintance karena kita memegang administratif semua proses perkembangan BPK-BPK seluruh dunia. Kita mau mengeskternalisasi apa yang ada di BPK dan menyerap apa yang ada di dunia terkait standar mutu, informasi teknologi, pengembangan SDM dan sebagainya," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement