Sabtu 03 Sep 2022 19:30 WIB

Mitigasi Penurunan Daya Beli, Pemerintah Perlu Percepat Penyaluran BLT

Pengamat meyakini kenaikan harga BBM langsung berdampak pada penurunan daya beli

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas melayani pengisian BBM jenis Pertalite di Jakarta. Kenaikan harga BBM berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Meski pemerintah menyiapkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk jaring pengaman namun kecepatan penyaluran BLT sangat krusial dalam menjaga daya beli masyarakat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas melayani pengisian BBM jenis Pertalite di Jakarta. Kenaikan harga BBM berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Meski pemerintah menyiapkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk jaring pengaman namun kecepatan penyaluran BLT sangat krusial dalam menjaga daya beli masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga BBM berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Meski pemerintah menyiapkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk jaring pengaman namun kecepatan penyaluran BLT sangat krusial dalam menjaga daya beli masyarakat.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Muhammad Faisal menjelaskan kenaikan harga BBM secara langsung mengerek kenaikan harga transportasi dan juga harga pangan. Dengan kondisi tak adanya kenaikan upah di masyarakat akan berdampak pada penurunan daya beli.

"Maka, kecepatan penyaluran BLT harus menjadi perhatian. Sebab laju kenaikan harga barang lebih dulu daripada kecepatan penyaluran BLT," ujar Faisal saat dihubungi Republika, Sabtu (3/9).

Tak hanya soal kecepatan, Faisal menyoroti soal akurasi data masyarakat penerima bantuan di tengah kondisi lemahnya singel data yang dimiliki oleh Indonesia. Ketidak tepatan penyaluran akan sangat berdampak pada daya beli dan juga gini ratio.

"Ini dampaknya buruknya ketika penyaluran BLT tidak tepat sasaran. Maka akan ada efek domino lainnya," ujar Faisal.

Ia juga menjelaskan setiap kenaikan harga BBM 10 persen akan berkontribusi pada inflasi sebesar 1,2 persen. Dengan harga Pertalite yang dibanderol Rp 10.000 per liter maka ada kenaikan 31 persen. Sedangkan Solar yang dibanderol Rp 6.800 per liter mengalami kenaikan 31 persen.

"Dengan kenaikan harga BBM tersebut maka akan mendorong inflasi ke 3,5 persen kurang lebihnya. Belum lagi pemerintah juga menaikkan harga Pertamax 19 persen yang turut berkontribusi pada kenaikan inflasi. Secara year on year, diprediksi inflasi menyentuh angka 7 hingga 9 persen inflasi," ujar Faisal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement