Rabu 31 Aug 2022 03:16 WIB

Ulama Irak Minta Pendukungnya Mundur

Pendukung al-Sadr lepaskan tembakan ke Zona Hijau yang dibalas pasukan keamanan Irak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Pejuang dari Saraya Salam (Brigade Perdamaian) yang setia kepada ulama berpengaruh Syiah Irak Muqtada al-Sadr dikerahkan di Baghdad, Irak, Selasa, 30 Agustus 2022. Al-Sadr telah meminta para pendukungnya untuk mundur dari kuartal pemerintah ibukota. Para pendukungnya telah terlibat baku tembak dengan pasukan keamanan di sana dalam eskalasi serius dari krisis politik selama berbulan-bulan yang mencengkeram negara itu.
Foto: AP Photo/Murtadha Ridha
Pejuang dari Saraya Salam (Brigade Perdamaian) yang setia kepada ulama berpengaruh Syiah Irak Muqtada al-Sadr dikerahkan di Baghdad, Irak, Selasa, 30 Agustus 2022. Al-Sadr telah meminta para pendukungnya untuk mundur dari kuartal pemerintah ibukota. Para pendukungnya telah terlibat baku tembak dengan pasukan keamanan di sana dalam eskalasi serius dari krisis politik selama berbulan-bulan yang mencengkeram negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Ulama Irak Muqtada al-Sadr meminta pendukungnya mundur dari Zona Hijau. Pendukung ulama syiah terkemuka itu menembakan roket peluncur granat ke Zona Hijau. Sementara terdengar suara tembakan senapan mesin di udara.

Gejolak yang terjadi setelah al-Sadr mengumumkan mundur dari politik itu menambah kekacauan yang mencengkram Irak. Dalam pidatonya di televisi, Selasa (30/8/2022) al-Sadr memberi pendukungnya waktu satu jam untuk segera hengkang dari Zona Hijau.

Baca Juga

Kerusuhan pecah Senin (29/8/2022) kemarin setelah ulama itu mengumumkan mundur dari politik. Pendukung al-Sadr melepaskan tembakan ke Zona Hijau, pasukan keamanan Irak membalas tembakan tersebut. Siaran langsung yang ditayangkan salah satu stasiun televisi memperlihatkan kekacauan yang ditimbulkan kerusuhan tersebut, setidaknya satu orang terluka dibawa dengan becak.

Dalam tayang itu terlihat gedung Kementerian Luar Negeri Irak. Dua petugas medis mengatakan hingga Selasa total korban tewas dalam kerusuhan ini mencapai 30 orang dan 400 lainnya terluka. Tetangga Irak, yakni Iran menutup perbatasannya dengan alasan keamanan.

Militer Irak mengatakan empat roket diluncurkan ke Zona Hijau. Selain kerusuhan di selatan, daerah lain di Irak  tampaknya tidak terpengaruh oleh kekerasan saat negara terus memompa minyak.

photo
Ulama Syiah berpengaruh Muqtada al-Sadr, berpidato dari rumahnya, di Najaf, Irak, Selasa, 30 Agustus 2022. Al-Sadr meminta para pendukungnya untuk mundur pada Selasa dari markas pemerintah ibu kota, tempat mereka terlibat baku tembak dengan pasukan keamanan dalam eskalasi serius selama berbulan-bulan krisis politik yang mencengkeram bangsa. - (AP Photo/Anmar Khalil)

Pengunduran diri Al-Sadr yang tiba-tiba memicu kekerasan dan kekacauan di Irak tanpa jalan keluar. Ulama itu naik ke tampuk kekuasaan karena dapat mengendalikan dan memobilisasi masyarakat akar rumput. Tapi pengunduran dirinya memberi pesan implisit pada pendukungnya mereka bisa melakukan apa saja yang menurut mereka tepat.

Dua orang petugas keamanan mengatakan sebagai bentuk balas dendam atas kematian seorang loyalis al-Sadr yang tidak disebutkan namanya, milisi Sayara Salam menyerang Zona Hijau. Mereka bentrok dengan pasukan keamanan Irak di area yang dijaga ketat itu.

Para anggota milisi menggunakan berbagai senjata termasuk mortir dan roket peluncur granat. Semalam milisi itu juga merebut beberapa markas milisi Iran saingan mereka di provinsi selatan. Stasiun pemerintah Iran melaporkan "kerusuhan" dan "jam malam" di kota-kota Irak menjadi alasan perbatasan ditutup.

Pemerintah Iran juga meminta warganya untuk tidak bepergian ke Irak. Peziarah syiah di Iran juga diminta menghindari perjalanan ke Irak.

Pemerintah Irak mengalami kebuntuan sejak partai al-Sadr memenangkan kursi paling banyak dalam pemilihan parlemen bulan Oktober tahun lalu tapi tidak cukup untuk membentuk pemerintahan mayoritas. Ia menolak bernegosiasi dengan saingan syiahnya dan kerap keluar dari perundingan.

Tindakannya itu membawa Irak menuju ketidakpastian politik dan gejolak saat perseteruan di internal syiah semakin intensif. Demi mendukung kepentingan politiknya al Sadr membungkus retorikanya dengan agenda reformasi dan nasionalis yang sesuai dengan keinginan pendukungnya di akar rumput.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement