Selasa 30 Aug 2022 17:28 WIB

Kapal Gandum dari Ukraina Tiba di Djibouti

Kapal induk yang membawa 23.000 ton biji-bijian, berlabuh setelah 2 pekan berlayar.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Sebuah kapal tender pelabuhan, kanan, dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di atas kapal berlayar di sebelah kapal kargo curah SSI Invincible II saat sedang berlabuh di laut Marmara di Istanbul, Turki, Sabtu, 20 Agustus 2022. Selama kunjungan, Guterres diberi pengarahan tentang inspeksi yang sedang berlangsung atas kapal kargo curah SSI Invincible II yang berlabuh di laut Marmara di sebelah Istanbul. Kapal akan menuju ke Chornomorsk, Ukraina.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Sebuah kapal tender pelabuhan, kanan, dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di atas kapal berlayar di sebelah kapal kargo curah SSI Invincible II saat sedang berlabuh di laut Marmara di Istanbul, Turki, Sabtu, 20 Agustus 2022. Selama kunjungan, Guterres diberi pengarahan tentang inspeksi yang sedang berlangsung atas kapal kargo curah SSI Invincible II yang berlabuh di laut Marmara di sebelah Istanbul. Kapal akan menuju ke Chornomorsk, Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, DJIBOUTI -- Sebuah kapal sewaan PBB yang memuat ribuan ton gandum dari Ukraina tiba di Djibouti pada Selasa (30/8/2022). Kapal ini bertujuan menyalurkan gandum untuk mengatasi risiko kelaparan di Tanduk Afrika.

Kapal induk Brave Commander, yang membawa 23.000 ton biji-bijian, telah berlabuh di Djibouti. Kapal tersebut tiba di Djibouti dua minggu setelah meninggalkan pelabuhan Laut Hitam di Ukraina.

Baca Juga

Ukraina adalah salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia. Ukraina terpaksa menghentikan hampir ekspornya setelah invasi Rusia yang berlangsung pada Februari.

Ekspor gandum Ukraina yang melalui Laut Hitam telah dilanjutkan di bawah kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli lalu. Kesepakatan tersebut mencabut blokade Rusia terhadap pelabuhan Ukraina dan menetapkan persyaratan untuk pengiriman jutaan ton gandum dan biji-bijian lainnya dari silo dan pelabuhan.

World Food Programe (WFP) mengatakan, jumlah orang yang berisiko kelaparan di wilayah Tanduk Afrika telah meningkat menjadi 22 juta. Direktur Eksekutif WFP, David Beasley, mengatakan, wilayah Tanduk Afrika telah dilanda kekeringan sehingga menyebabkan tingkat kelaparan meningkat.

“Masih belum ada akhir yang terlihat dari krisis kekeringan ini, jadi kita harus mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa dan menghentikan orang-orang terjatuh ke dalam tingkat bencana kelaparan," kata Beasley, dilansir Alarabiya.

 Ethiopia, Kenya, dan Somalia sudah mengalami kekeringan terburuk dalam 40 tahun. Organisasi Meteorologi Dunia PBB memperingatkan, situasinya akan semakin buruk dengan gagalnya musim hujan kelima berturut-turut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement