Senin 29 Aug 2022 04:17 WIB

PBB: Wilayah Arab Paling tidak Setara di Dunia

Sebanyak 47 persen masyarakat Arab percaya kesetaraan meningkat lima tahun kedepan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus raharjo
Wanita Arab Saudi mengemudi (ilustrasi)
Foto: The Guardian
Wanita Arab Saudi mengemudi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Asia Barat (UN ESCWA) baru-baru ini melaporkan wilayah Arab adalah yang paling tidak setara di seluruh dunia. Laporan ini mengingatkan adanya risiko 'kehancuran dalam kohesi sosial' jika ketidaksetaraan tersebut tidak ditangani.

Laporan yang berjudul Inequality in the Arab Region: A ticking time bomb tersebut, wilayah Arab telah mencatat beberapa tingkat ketidaksetaraan pendapatan tertinggi secara global. Di beberapa negara, 10 persen penerima teratas menyumbang lebih dari 60 persen pendapatan nasional, dibandingkan dengan 52 persen secara global, 55 persen di Amerika Latin, dan 36 persen di Eropa.

Baca Juga

Faktor pendorong ketidaksetaraan termasuk dinamika demografi, pendidikan yang buruk, kesenjangan digital, institusi yang lemah, korupsi dan kurangnya transparansi, defisit data, dan perumahan yang tidak terjangkau.

Selain itu, disebutkan juga ketidaksetaraan gender secara sistematis di atas rata-rata global. Diperkirakan diperlukan 179 tahun untuk menutup kesenjangan gender dibandingkan dengan 142 tahun secara global. Kesenjangan gender ini adalah salah satu yang tertinggi di dunia pada tahun 2021 sebesar 61 persen, dibandingkan dengan 67,7 persen secara global.

Pengangguran kaum muda, yang 3,8 kali lebih tinggi dari pekerja dewasa juga merupakan yang tertinggi secara global selama 25 tahun terakhir. Sedangkan pengangguran pada kelompok tertentu, seperti perempuan dan penyandang disabilitas, bahkan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan penyandang disabilitas.

“Faktor-faktor seperti itu, jika dibiarkan tidak ditangani, akan memperdalam ketidaksetaraan yang ada, memukul paling keras komunitas termiskin dan paling rentan. Faktor-faktor ini berisiko mengobarkan ketidakpuasan dan keterasingan yang lebih besar di antara populasi Arab, yang mengakibatkan rusaknya kohesi sosial,” kata sekretaris eksekutif UNESCWA, Rola Dashti dikutip Arabnews, Ahad (28/8/2022).

“Meskipun ini suram, penduduk Arab optimis dan penuh harapan. Sebuah survei yang dilakukan oleh ESCWA menemukan bahwa 52 persen orang di wilayah ini percaya bahwa kesetaraan itu ada, baik sepenuhnya atau sebagian, sementara 47 persen percaya bahwa kesetaraan akan meningkat dalam lima tahun ke depan, ” jelas Rola.

Dia pun mengusulkan pembentukan dana solidaritas dan koalisi regional untuk menghubungkan kembali kelompok populasi yang berbeda di segmen masyarakat terkaya dan termiskin untuk menciptakan peluang. Laporan itu juga mengatakan bahwa pandemi telah menyoroti “ketidaksetaraan yang dalam dan berlangsung lama” di seluruh wilayah, memukul komunitas termiskin dan paling rentan.

Ini mendorong tambahan 16 juta orang ke dalam kemiskinan, meningkatkan jumlah orang miskin di wilayah tersebut menjadi lebih dari 116 juta, hampir seperempat dari populasi. Orang-orang di sektor informal, pekerja rentan, perempuan, pemuda, pekerja berpendidikan rendah, dan penyandang disabilitas paling menderita kehilangan pekerjaan selama pandemi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement