Ahad 28 Aug 2022 18:02 WIB

BRIN: Peninggalan Kerajaan Dharmasraya di Sumatera Perlu Penggalian Lanjutan

Peninggalan kerajaan berupa candi dinilai masih membutuhkan penggalian lebih jauh.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Sejumlah siswa SD 11 Pulau Punjung membersihkan tanah di sekitar benda saat mengikuti sekolah lapangan dalam Festival Pamalayu Kenduri Swarnabhumi di Situs Candi Pulau Sawah, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Sabtu (20/8/2022). Sekolah lapangan yang digelar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat tersebut untuk mengedukasi siswa dalam pelestarian benda cagar budaya.
Foto: ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Sejumlah siswa SD 11 Pulau Punjung membersihkan tanah di sekitar benda saat mengikuti sekolah lapangan dalam Festival Pamalayu Kenduri Swarnabhumi di Situs Candi Pulau Sawah, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Sabtu (20/8/2022). Sekolah lapangan yang digelar oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat tersebut untuk mengedukasi siswa dalam pelestarian benda cagar budaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) menaruh perhatian terhadap kerajaan Melayu Dharmasraya yang meninggalkan banyak jejak sejarahnya di Sumatera. Apalagi peninggalan kerajaan berupa candi dinilai masih membutuhkan penggalian lebih jauh.

Dua kompleks candi paling terkenal di Dharmasraya adalah Candi Pulau Sawah dan Pulau Roco. Dua kompleks candi itu dikaitkan dengan seorang bangsawan Majapahit keturunan Dharmasraya yang bernama Adityawarman, sepupu dari Raja Majapahit kedua yakni Sri Jayanegara.

 

Candi Pulau Sawah diperkirakan dibangun oleh kakek atau ayah dari Adityawarman, penguasa dari kerajaan Melayu yang merupakan anak dari Dara Jingga. "Bangunan-bangunan candi ini mungkin didirikan oleh kakeknya atau bapaknya dari Adityawarman," kata anggota kelompok riset epigrafi Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah BRIN, Wahyu Listiani Fani dalam keterangan pers pada Ahad (28/8/2022).

Fani menjelaskan selain digunakan untuk kegiatan keagamaan, kompleks Candi Pulau Sawah ini digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat kerajaan melayu.

Menurut catatan para arkeolog, masih sangat banyak candi yang terdapat di sekitar kompleks Pulau Sawah.

"Akan tetapi karena terjadinya keterbatasan dana dan juga para tenaga ahli, maka candi tersebut masih tersimpan di dalam tanah," ujar Fani.

Sementara itu, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengungkapkan bahwa proses pemeliharaan terhadap kompleks candi di Dharmasraya terus berjalan. Termasuk pembangunan museum di kompleks candi pulau sawah.

"Kita nunggu proses pemugaran museum dari menteri PU dirjen Cipta Karya. Karena masih terkendala pandemi tapi insyaallah tahun 2023 nanti," ujar Sutan.

Saat ini, Sutan menyebut tengah berlangsung Festival Pamalayu Kenduri Swarnabhumi yang diadakan Kemendikbudristek guna melestarikan kebudayaan Kerajaan Melayu Dharmasraya. Ia pun meyakini festival tersebut punya misi penting untuk meluruskan sejarah yang merupakan misi ketiga dari pancasila yakni Persatuan Indonesia.

"Ketika memasuki dunia global dan era digital, maka budaya peradaban adat kita tidak boleh hilang. Maka dari itu, semangat Pamalayu menjadi kekuatan untuk destinasi wisata baru di Jambi dan Sumbar," ucap Sutan.

Diketahui, untuk bisa mengunjungi Candi Pulau Sawah ini, pengunjung harus masuk ke persimpangan di daerah Sikabau kemudian menuju ke Nagari Siguntur. Kemudian pengunjung bisa menelusuri jalan dan terus lurus sampai menemukan daerah yang bernama Pulau Tongah.

Para pengunjung harus memanfaatkan perahu yang terdapat di daerah sana untuk bisa melanjutkan perjalanan. Hal ini akan membuat perjalanan menjadi menarik karena para pengunjung bisa menikmati pesona pemandangan alam yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Batanghari sampai akhirnya sampai ke lokasi Candi pulau Sawah ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement