Sabtu 27 Aug 2022 19:00 WIB

Rajut Keharmonisan Gajah dan Manusia Lewat Dongeng dan Film

Gajah masih eksis di Sumatra.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Muhammad Hafil
Rajut Keharmonisan Gajah dan Manusia Lewat Dongeng dan Film. Foto:   Gajah Borneo (ilustrasi)
Foto: borneo-island-borneo.blogspot.com
Rajut Keharmonisan Gajah dan Manusia Lewat Dongeng dan Film. Foto: Gajah Borneo (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hari gajah sedunia dirayakan pada 12 Agustus 2022. Memperingati itu, kegiatan "Gajah dan Manusia Hidup Harmonis" yang merupakan edukasi tentang gajah bagi para siswa sekolah dasar di Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.

Rangkaian acara berlangsung Juli-September 2022, salah satunya penyampaian dongeng oleh seniman dongeng sekaligus pendidik Inug Dongeng. Para siswa SD yang menjadi peserta acara mendapatkan buku saku tentang gajah Sumatra, juga mendapatkan bingkisan jika menang dalam kuis tentang gajah.

Baca Juga

Sedikitnya 400 siswa dari delapan sekolah dasar akan mendengarkan dongeng dari Inug. Para siswa berasal dari SDN 1 Desa Jadimulya, SDN 1 Desa Sido Makmur, SDN 2 Desa Sido Makmur, SDN 1 Desa Banyubiru, SDN 2 Desa Banyubiru, SDN 1 Srijaya Baru, MI Nurul Huda Desa Srijaya Baru, dan SDN 1 Sukamulya.

Selain menggelar pertunjukan dongeng, rangkaian kegiatan yang ada termasuk pembuatan lagu dan film dokumenter. Film akan menampilkan cuplikan pertunjukan dongeng oleh Inug, pandangan pakar gajah, pemerintah desa, tokoh masyarakat, guru, serta siswa.

Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara komunitas film dokumenter lingkungan, dan budaya Rumah Sriksetra dengan Belantara Foundation, serta Forest Wildlife Society. Acara turut didukung Keidanren Nature Conservation Fund (KNCF) yang berbasis di Jepang.

"Film ini selain ditayangkan di kanal Youtube kami, yakni Rumah Sriksetra, juga akan diputar keliling pada delapan sekolah di desa yang berbatasan dengan koridor gajah Sugihan-Simpang Heran," kata Taufik Wijaya dari Rumah Sriksetra lewat pernyataan resminya.

Taufik berharap seluruh rangkaian kegiatan bisa berdampak pada bertambahnya pengetahuan dan pemahaman generasi muda di Air Sugihan soal gajah. Dengan begitu, saat ini dan di masa mendatang manusia dapat hidup berdampingan, berbagi, dan harmonis dengan gajah.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna, menyatakan lanskap Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, amat penting. Itu merupakan salah satu dari sedikit kantong populasi gajah yang memiliki peluang hidup jangka panjang. 

"Oleh karena itu, program konservasi gajah Sumatra di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang kami lakukan bersama mitra fokus pada tiga aspek, yaitu pelatihan mitigasi konflik manusia dan gajah, edukasi dan penyadartahuan anak tentang gajah dan ekosistemnya, serta penanaman pakan gajah dan penggaraman tanah untuk penambahan nutrisi," ujar Dolly.

Dolly menyimpan ekspektasi bahwa program ini dapat menguatkan konservasi gajah yang dilakukan sebelumnya. Dengan begitu, akan mendorong terwujudnya harmonisasi dan koeksistensi kehidupan gajah dan manusia di Padang Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. 

Gajah Sumatra atau Elephas maximus sumatrensis merupakan salah satu spesies atau subspesies gajah yang masih bertahan di Pulau Sumatra. Dari masa purba hingga hari ini, gajah memiliki hubungan istimewa dengan manusia di Pulau Sumatra. 

Masyarakat yang hidup berdekatan atau sekitar habitat dan koridor gajah, menghormati megafauna ini dengan menyebutnya "datuk". Saat ini, populasi gajah Sumatra terus terancam. Baik oleh perburuan gading, dibunuh karena dianggap hama perkebunan dan pertanian, hingga hilangnya habitat dan koridornya.

Populasi gajah Sumatra saat ini tidak mencapai 2.000 individu. Mereka hidup dalam sejumlah kantong pada wilayah dataran tinggi hingga dataran rendah, mulai dari Aceh, Sumatra Utara, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, dan Bengkulu.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement