Rabu 24 Aug 2022 20:35 WIB

Pengelolaan Ekowisata Secara Tepat Dinilai Angkat Ekonomi Masyarakat Kawasan Hutan

Penerapan ekowisata secara tepat dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat

Ekowisata (Ilustrasi)
Foto: Google
Ekowisata (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Penerapan ekowisata secara tepat dapat mengangkat tingkat perekonomian masyarakat sekitar kawasan hutan, sekaligus sebagai solusi guna mengatasi persoalan seperti ancaman deforestasi hingga kesenjangan ekonomi nasional.

Perintis Ekowisata Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Marwi, dalam rilis diskusi virtual Katadata SAFE 2022 yang diterima di Jakarta, Rabu (24/8/2022), menyatakan, hingga kini, masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah telah memiliki pendapatan yang cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari dari kegiatan mengelola hutan menjadi kawasan ekowisata.

Baca Juga

Ia mengungkapkan awal mula dirinya merintis hutan di daerahnya menjadi sebuah ekowisata yang menarik banyak pengunjung lokal dan mancanegara. Masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah, seperti yang diceritakan oleh Marwi, sangat tergantung pada hutan. Mereka mengambil hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Awalnya karena di desa kami ini bisa dikategorikan di bawah kemiskinan yang luar biasa, yang jadi persoalan bagaimana masyarakat sangat tergantung pada hutan, yang tadinya ngambil ranting kemudian menghabiskan pohonnya, ini yang lama-lama jadi ketergantungan,? ungkapnya.

Kemudian, lanjutnya, pada tahun 1998 sampai 2000 setelah berkomunikasi dengan pemangku kebijakan, yaitu Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Tengah, ternyata ada sebuah ruang yang disebut Hutan Kemasyarakatan (HKm).

Setelah memperoleh izin sementara dari Kanwil dari 2000 sampai 2005 dan seiring waktu berjalan, Marwi mencoba mempelajari karakter masyarakat dan karakter hutannya sehingga muncul pembagian menjadi dua zonasi, yaitu zonasi pemanfaatan dan zona lindung.

Tak hanya melibatkan Dinas Kehutanan, ia beserta masyarakat Kabupaten Lombok Tengah juga berusaha berkomunikasi dengan para akademisi, pihak Kementerian Kehutanan, dan semua lembaga lokal serta yang ada di luar Lombok untuk merubah hutan di Kabupaten Lombok Tengah menjadi kawasan ekowisata yang bermanfaat.

Satu keunikan yang diungkap oleh Marwi, dengan mengelola hutan menjadi kawasan ekowisata, masyarakat di daerahnya masih memiliki pekerjaan di kala pandemi COVID-19 melanda, di mana saat itu semua usaha di berbagai daerah sempat terhenti.

Terlepas dari semua keberhasilan itu, iamengatakan masih ada kelemahan dan kekurangan yang dimiliki oleh dirinya serta masyarakat di daerahnya, yaitu mereka kurang mendalami penggunaan teknologi.

Selain itu, Marwipun berharap ada bantuan dari lembaga-lembaga di luar Kabupaten Lombok Tengah untuk memperkenalkan ekowisata yang baru saja dirintisnya.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menyebut bahwa sekitar 90 persen wisatawan yang datang ke Bali tertarik dengan ecotourism atau wisata ramah lingkungan.

"Sekitar 90 persen tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai ecotourism dan 86 persen di antaranya bersedia melakukan kegiatan mengimbangi jejak karbon," katanya.

Melalui data yang diperoleh Kemenparekraf dari riset bookingcom, Sandiaga melihat bahwa ini merupakan pasar besar sehingga pihaknya ke depan akan menyiapkan paket-paket ekowisata dan didukung bantuan platform digital untuk menggaet wisatawan.

Kemenparekraf juga telah meluncurkan Program "Towards Climate Positive Tourism Through Decarbonization and Ecotourism".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement