Rabu 24 Aug 2022 16:23 WIB

Anggota Komisi III: Ada Permasalahan Kultur dalam Polri

Permasalahan kultur karena polisi menutup-nutupi kasus dan melakukan rekayasa.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Suasana rapat kerja antara Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Foto: Prayogi/Republika.
Suasana rapat kerja antara Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR Taufik Basari menilai kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J memperlihatkan adanya permasalahan di internal Polri. Permasalah itu khususnya yang berkaitan dengan kultur atau budaya di dalam kepolisian.

Kultur yang bermasalah tersebut terlihat ketika Irjen Ferdy Sambo yang merupakan anggota Polri bintang dua tak mengakui dirinya terlibat dalam kasus tersebut. Hal itu makin diperparah ketika Sambo justru menjadi dalang yang menyusun skenario pembunuhan berencana.

Baca Juga

"Sayangnya, jiwa ksatria itu tidak ada dan akhirnya jadi seperti ini sehingga kultur tribratanya ini juga perlu kita pertanyakan," ujar Taufik dalam rapat kerja dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Rabu (24/8/2022).

"Menutup-nutupi kasus, bekerja sama untuk bahu-membahu melakukan rekayasa ini, ini problemnya kultur," sambungnya.

 

Awal kasus pembunuhan Brigadir J juga menjadi cermin bagi Polri dalam menyelidiki petingginya yang terkena kasus. Profesionalitas menjadi sorotan ketika kasus tersebut menjadi atensi publik.

"Berikutnya tantangan, tentu yang utama penuntasan kasus berjalan dengan baik.  Profesionalitas dibutuhkan, menyangkut jalannya kasus tidak boleh ada yang janggal, menyisakan pertanyaan-pertanyaan publik," ujar Taufik.

Anggota Komisi III Yakobus Jacki Uly menilai permasalahan terkait profesionalitas Polri terjadi akibat ketidaksolidan di internalnya. Terbukti dari banyaknya anggota Polri yang terlibat dalam skenario yang disusun oleh Sambo. 

Jika sejak awal mereka yang ikut terlibat profesional terhadap tugasnya, ia yakin kasus pembunuhan Brigadir J tak akan berlarut-larut. "Soliditas Polri sekarang perlu dijaga, soliditas itu apa yang kita lakukan, profesionalitas. Di sini akan menghasilkan, soliditas akan menghasilkan profesionalitas dan suatu tindakan yang betul-betul sesuai perkataan dan perbuatan," ujar mantan jenderal bintang dua kepolisian itu.

Ketidaksolidan terhadap pimpinan tertinggi Polri juga terlihat dari banyaknya pihak yang menyebarkan berita-berita bohong terkait kasus pembunuhan Brigadir J di kediaman Sambo. Karena itu, wajar jika kasus tersebut menyeret banyak nama anggota kepolisian.

"Untuk itu perlu dibangun Pak, gimana membangun soliditas di situ? Di antaranya kita perlu menjaga ke dalam, seperti jabatan-jabatan itu perlu dilihat, jangan tergantung pada satu orang," ujar Jacki.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan Tim Khusus (Timsus) yang dibentuk untuk mengusut tuntas kasus Brigadir J bebas dari kepentingan pihak lain. Timsus bekerja sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin agar kasus transparan.

Polri melibatkan lembaga lain untuk membuka tabir kematian Brigadir J. Lembaga tersebut adalah Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). "Tentunya (arahan Presiden Jokowi) jadi pegangan kami, karena jadi taruhan Polri untuk mengungkap kasus ini," ujar Sigit. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement