Rabu 24 Aug 2022 11:17 WIB

Rusia-Ukraina Saling Tuduh Bahayakan PLTN Zaporizhzhia

PBB sudah mendesak kedua negara untuk melindungi fasilitas nuklir tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pembangkit nuklir Zaporizhzhia.
Foto: Planet Labs PBC via AP
Pembangkit nuklir Zaporizhzhia.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Rusia dan Ukraina terlibat aksi saling tuding terkait siapa pihak yang membahayakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. PBB sudah mendesak kedua negara untuk melindungi fasilitas nuklir tersebut dari pertempuran.

Dalam pertemuan di Dewan Keamanan PBB pada Selasa (23/8/2022), Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menuduh pasukan Ukraina terus menembaki PLTN Zaporizhzhia. Menurutnya tindakan itu meningkatkan bahaya bencana nuklir. “Angkatan bersenjata Ukraina pada dasarnya terus setiap hari menembaki wilayah PLTN dan kota Enerhodar. Ini menciptakan risiko kecelakaan radiasi yang nyata,” ucapnya.

Baca Juga

Sementara Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan, Rusia bertanggung jawab atas risiko kecelakaan radiasi di PLTN Zaporizhzhia. Dia mendesak Moskow untuk menarik pasukannya dari fasilitas tersebut, kemudian mengizinkan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) masuk ke sana.

“Satu-satunya hal yang ingin didengar seluruh dunia adalah pernyataan bahwa Rusia mendemiliterisasi PLTN Zaporizhzhia, menarik pasukannya, dan menyerahkannya kepada pemerintah Ukraina,” kata Kyslytsya.

Kyslytsya mengatakan negaranya mendukung proposal IAEA untuk mengirim misi guna memeriksa PLTN Zaporizhzhia. Ia berharap IAEA menciptakan kehadiran permanen di fasilitas tersebut untuk melakukan pemantauan secara penuh. “Sangat penting untuk melakukan misi dengan cara yang memungkinkan komunitas internasional untuk melihat situasi nyata dan bukan pertunjukan teater Rusia,” ucapnya.

Sementara itu, Duta Besar China untuk PBB Geng Shuang mendesak Rusia dan Ukraina untuk menahan diri serta meminimalkan risiko insiden di PLTN Zaporizhzhia. "Tidak ada ruang untuk coba-coba dalam hal keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir. Setiap insiden dapat menyebabkan kecelakaan nuklir serius dengan konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat Ukraina serta negara-negara tetangganya," katanya, dilaporkan Xinhua.

Dia menekankan, untuk menangani masalah keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir, komunitas internasional harus berpegang pada sains, rasionalitas, serta semangat kemanusiaan. Hal-hal itu harus melampaui posisi politik, pertimbangan militer, dan perbedaan permusuhan. “Kita tidak boleh membiarkan tragedi kecelakaan nuklir Chernobyl dan Fukushima terulang kembali,” ucap Geng.

Sebelum pertemuan di Dewan Keamanan PBB berlangsung, Wakil Sekretaris PBB Rosemary DiCarlo mendesak Rusia dan Ukraina menyepakati demiliterisasi PLTN Zaporizhzhia. “Fasilitas itu tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun, dan kesepakatan tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan daerah itu harus dicapai. Kami sekali lagi mendesak para pihak untuk memberikan misi IAEA akses langsung, aman, dan tak terbatas ke situs tersebut,” katanya.

Rusia telah menguasai dan mengendalikan PLTN Zaporizhzhia yang berada di kota Enerhodar selama berpekan-pekan. Pasukan Rusia diduga telah menempatkan senjata dan perlengkapan perang di sana. Moskow telah menyangkal tuduhan tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement