Selasa 23 Aug 2022 13:31 WIB

Dakwah Pesat Islam di Panama, Dulu Nihil Masjid Kini Mulai Berdiri Masjid-Masjid Besar

Umat Islam di Panama disegani karena warisan sejarah meski jumlah mereka minoritas

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Masjid Colon, Panama. Umat Islam di Panama disegani karena warisan sejarah meski jumlah mereka minoritas
Foto: Wikipedia
Masjid Colon, Panama. Umat Islam di Panama disegani karena warisan sejarah meski jumlah mereka minoritas

REPUBLIKA.CO.ID,  — Panama dikenal dengan terusan perlayaran yang menghubungkan antara Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik. 

Seperti dilansir dari The Maritime Post, Terusan Panama menghasilkan sekitar 2 miliar dolar AS per tahun. Dari angka itu, pemerintah setempat mengambil sekira 40 persen.

Baca Juga

Sebagaimana Terusan Suez bagi Mesir, jembatan air tersebut menjadi salah satu sumber pemasukan untuk negara berpenduduk kurang lebih 4,3 juta jiwa itu. 

Mayoritas orang Panama berasal dari kelompok etnis Mestizo, yakni percampuran antara kulit putih dan bangsa asli Amerika.

 

Kristen menjadi agama yang dipeluk kebanyakan penduduk negara tersebut. Karena itu, gereja cukup mudah ditemukan di kota-kota setempat. 

Umat Islam menjadi salah satu minoritas di Panama. Menurut data Pew Research Center (2009), jumlah kaum Muslimin di sana sebanyak 24 ribu orang. Artinya, sekitar 0,7 persen dari keseluruhan masyarakat negara itu memeluk agama tauhid. 

Dikutip dari keterangan buku Muslim di Amerika dan Cina (2003), syiar Islam dibawa pertama kali ke negara tersebut oleh kalangan budak. Mereka berasal dari Afrika Barat.

Sejak negerinya sendiri dikuasai bangsa-bangsa Eropa Barat, kaum kulit gelap itu dijadikan hamba sahaya. Maka dalam jumlah yang masif, orang-orang malang itu diangkut ke Amerika hingga berakhir di Panama. 

Memasuki abad ke-16, terjadilah beberapa peristiwa pembebasan atau pemberontakan budak di Amerika Tengah. Salah satunya adalah kejadian di lepas pantai Panama yang menghadap Atlantik.

Pada 1552, sebuah kapal besar tenggelam. Sebanyak 500 budak di dalamnya berhasil selamat. Seseorang dari mereka kemudian ditunjuk sebagai pemimpin. 

Namanya adalah Bayano. Lelaki Muslim itu dengan gagah berani memimpin perlawanan orang-orang kulit gelap itu terhadap para majikan. 

Sesampainya di pesisir Panama, Bayano dan para pengikutnya sudah berstatus merdeka. Mereka pada awalnya harus menghadapi gangguan dari pemerintah kolonial Panama. 

Baca juga: Seberapa Parahkah Salman Rushdie Hina Islam dan Rasulullah SAW dalam Ayat-Ayat Setan?

Pihak otoritas itu sangat ingin memperbudak mereka lagi, apalagi setelah mengetahui bahwa orang-orang tersebut adalah Muslim. 

Bagaimanapun, Bayano dan para pendukungnya terus melawan secara gerilya. Tepat saat itu, pemerintah kolonial Panama sedang menghadapi pemberontakan yang lebih masif di selatan. Maka, gencatan senjata pun diajukan kepada pemimpin Muslim tersebut. 

Dalam situasi tenang, Bayano pun dapat mendiri kan permukiman di wilayah yang kini termasuk Provinsi Darien. Di sana, ia membangun masjid sederhana serta menyusun dewan penasihat, baik dalam urusan pertahanan maupun syiar Islam. 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement