Selasa 23 Aug 2022 07:45 WIB

Tentara Ukraina Mengaku Disiksa Rusia di Tahanan

Rusia memaksa tentara Ukraina mengaku telah melakukan kejatahan pada warga sipil.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Gambar diam selebaran yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan tentara Rusia menggeledah prajurit Ukraina saat mereka dievakuasi dari pabrik baja Azovstal yang terkepung di Mariupol, Ukraina, 17 Mei 2022. Tiga tentara Ukraina yang terluka dalam perang dan ditahan Rusia menuduh Rusia menyiksa dan memberikan tekanan psikologis pada mereka.
Foto: EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY PRESS SERVIC
Gambar diam selebaran yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan tentara Rusia menggeledah prajurit Ukraina saat mereka dievakuasi dari pabrik baja Azovstal yang terkepung di Mariupol, Ukraina, 17 Mei 2022. Tiga tentara Ukraina yang terluka dalam perang dan ditahan Rusia menuduh Rusia menyiksa dan memberikan tekanan psikologis pada mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Tiga tentara Ukraina yang terluka dalam perang dan ditahan Rusia menuduh Rusia menyiksa dan memberikan tekanan psikologis pada mereka. Rusia membebaskan mereka setelah beberapa pekan.

Dalam konferensi pers di Kiev, para tentara itu mengatakan Rusia memaksa mereka untuk mengaku telah melakukan kejahatan terhadap warga sipil. Mereka merupakan tentara Ukraina yang bertempur di pabrik baja di Mariupol.

Baca Juga

Pernyataan tiga orang yang mengaku ditahan Rusia itu tidak orang tersebut tidak dapat diverifikasi secara mandiri. Kementerian Pertahanan Rusia belum menanggapi permintaan komentar. Ukraina selalu menuduh Rusia melakukan kejahatan perang dan Moskow membantah tuduhan itu.  

"Saya diinterogasi bahkan sebelum saya mulai mendapatkan antibiotik usai kaki saya diamputasi," kata Vladyslav Zhaivoronok yang kehilangan kakinya, Ahad (22/8/2022).

"Orang-orang yang ada di sana disiksa, beberapa ditusuk lukanya dengan jarum, yang lain disiksa dengan air, beberapa menerima perawatan yang tidak memadai," katanya.

Tiga orang tentara Ukraina itu ditukar dengan tahanan perang Rusia. Belum diketahui dimana pertukaran itu dilakukan tapi pada Juni lalu Ukraina mengumumkan Rusia menyerahkan 144 tahanan mereka.

Zhaivoronok bertugas di Resimen Azov, unit garda nasional. Beberapa anggota Azov memiliki latar belakang ekstrem kanan dan ultranasionalis.

Setelah bertempur selama berminggu-minggu dari dalam bunker dan terowong di bawah pabrik baja, ratusan pasukan Azov menyerah pada bulan Mei. Walaupun tahanan Azov belum resmi didakwa tapi pada 2 Agustus lalu mahkamah agung Rusia menetapkan resimen itu sebagai organisasi teroris.

Rusia mengatakan invasi yang mereka sebut "operasi khusus militer" itu bertujuan mendemiliterisasi negara tetangganya yang lebih kecil dan melindungi pengguna bahasa Rusia. Ukraina dan Barat menuduh Moskow menggelar perang imperial untuk menaklukan.

Mariupol sudah hampir rata usai dilanda perang selama tiga bulan. Ukraina mengatakan puluhan ribu warga sipil tewas. Rusia membantah menyerang warga sipil.

Salah satu tentara Ukraina lainnya yang dibebaskan Rusia, Denys Chepurko juga anggota resimen Azov. Ia mengaku ditahan di penjara Donetsk yang telah memproklamirkan diri di Ukraina timur. Ia mengatakan beberapa tahanan ditelanjangi dan diminta berjongkok.

"Mereka ingin kami bersaksi melawan komandan-komandan kami (untuk mengatakan) kami telah membom kota, mereka ingin melempar kesalahan ke kami, kami katakan tidak akan melakukannya," kata Chepurko.

"Mereka mulai memukuli kami dengan tongkat, saya tidak menandatangani apa pun,"katanya.

Hal yang serupa juga dikatakan tentara Ukraina yang ketiga,  Dmytro Usychenko. "Mereka mengancam kami dengan balasan fisik, penembakan, mereka ingin kami mengaku kami membunuh warga sipil walaupun kami tidak melakukannya," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement