Rabu 17 Aug 2022 00:12 WIB

Pejabat Turki Bantah Laporan Pembelian Sistem Pertahanan Rusia Kedua

Pembelian senjata Turki ke Rusia telah membuat AS marah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Sistem misil S-400 milik Rusia. Modifikasi S-400 dan S-300 membuatnya dapat digunakan untuk berbagai jenis rudal. Ilustrasi.
Foto: EPA
Sistem misil S-400 milik Rusia. Modifikasi S-400 dan S-300 membuatnya dapat digunakan untuk berbagai jenis rudal. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Seorang pejabat pemerintah Turki mengatakan kontrak asli yang ditandatangani Turki dengan Rusia untuk pembelian sistem pertahanan S-400 mencakup dua resimen. Ia menegaskan tidak ada kesepakatan baru dengan Rusia dalam bidang pertahanan udara.

Hal ini disampaikan setelah muncul laporan Turki kembali membuat kesepakatan dengan Rusia.  "Pembelian tahap kedua termasuk dalam rencana awal dan kontrak terkait," kata seorang pejabat pertahanan Turki, Selasa (16/8).

Baca Juga

"Prosesnya sedang berjalan dan tidak ada kesepakatan baru," tambahnya.

Keputusan Turki membeli sistem pertahanan S-400 dari Rusia membuat marah Amerika Serikat, sekutu Organisasi Pakta Pertahanan Utara (NATO). AS meresponnya dengan memberi sanksi pejabat pertahanan Turki.

AS menyingkirkan Turki dari program pengembangan pesawat tempur mutakhir F-35 pada tahun 2019. Setelah Ankara memutuskan membeli sistem bertahan S-400 dari Rusia.  

Lima tahun terakhir hubungan Turki dengan negara-negara Barat cukup bergejolak. Alasannya; kebijakan Turki di Suriah, kedekatan Ankara dengan Moskow, ambisi angkatan laut mereka di Laut Tengah, dan semakin terkikisnya kebebasan dan hak sipil di Turki.

Keputusan Turki membeli S-400 juga mendorong AS memberlakukan sanksi. Pada Desember 2020 lalu Washington memasukan kepala Direktorat Industri Pertahanan Turki Ismail Demir dan tiga orang pegawai ke daftar hitam.

Sejak itu AS berulang kali memperingatkan Turki untuk tidak membeli senjata-senjata dari Rusia. Tapi Erdogan mengisyaratkan ia akan membeli S-400 yang kedua, langkah itu diprediksi akan semakin merenggangkan keretakan hubungan Turki dengan AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement