Selasa 16 Aug 2022 00:42 WIB

BPBD Bantul Petakan Wilayah Rawan Kekeringan

BPBD Bantul memprediksi ribuan kepala keluarga akan terdampak kekeringan

Red: Nur Aini
Kemarau, ilustrasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta telah memetakan wilayah-wilayah di sejumlah kecamatan daerah ini rawan kekeringan atau kesulitan air bersih ketika musim kemarau panjang.
Foto: ANTARA/SISWOWIDODO
Kemarau, ilustrasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta telah memetakan wilayah-wilayah di sejumlah kecamatan daerah ini rawan kekeringan atau kesulitan air bersih ketika musim kemarau panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta telah memetakan wilayah-wilayah di sejumlah kecamatan daerah ini rawan kekeringan atau kesulitan air bersih ketika musim kemarau panjang.

"Jadi wilayah kekeringan di Bantul sudah kita petakan, misalnya ada di wilayah Kecamatan Pundong, di Dlingo, ada di Pajangan dan Imogiri, Pandak juga iya," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Agus Yuli Herwanto di Bantul, Senin (15/8/2022).

Baca Juga

Pihaknya tidak merinci berapa desa atau lokasi wilayah permukiman penduduk yang rawan kekeringan, tetapi di setiap titik jumlah keluarga yang berpotensi terdampak berbeda-beda.

"Per satu titik jumlah keluarganya beda-beda, kalau total semuanya bisa mencapai ribuan KK (keluarga), karena satu titik hampir 100 KK itu ada," katanya.

Meski demikian, kata dia, pada musim kemarau 2022 ini, di wilayah-wilayah yang disebutkan rawan terdampak kekeringan itu, belum ada masyarakatnya yang mengajukan permohonan distribusi air bersih ke lembaganya. Dengan demikian, menurut dia, cuaca kemarau itu belum berdampak pada menipis ketersediaan air atau sumber mata air masyarakat. Padahal, BPBD telah menyediakan pasokan air, apabila sewaktu-waktu masyarakat membutuhkan.

"Sekarang prosedur droping air melalui permintaan masyarakat yang langsung kita tindaklanjuti, karena memang sudah disiapkan, dan untuk wilayah-wilayah yang kita petakan, dan mana saja yang minta kebutuhan air bersih kita akan droping," katanya.

Menurut dia, ada beberapa faktor wilayah yang dipetakan rawan kekeringan itu tetapi ancaman tersebut tidak terjadi, di antaranya karena sudah memiliki jaringan air melalui program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas), maupun optimalisasi sumber mata air lainnya.

"Memang tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19 banyak wilayah yang gunakan Pamsimas, dan untuk permintaan droping air kita tidak bisa memaksa masyarakat. Kemudian untuk mengatasi kekeringan, juga ada peran dari luar selain BPBD," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement