Senin 15 Aug 2022 14:56 WIB

Tidak Berbicara Kecuali dengan Alquran

Kisah ini diceritakan Syaikh  Nawawi.

Seorang wanita Muslim membaca Alquran di Masjid Istiqlal di Jakarta, Selasa, 5 April 2022.
Foto: AP/Tatan Syuflana
Seorang wanita Muslim membaca Alquran di Masjid Istiqlal di Jakarta, Selasa, 5 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Syamsul Yakin

Syaikh Nawawi dalam Uqud al-Lujain menuliskan kembali tentang seorang wanita yang tersesat. Wanita itu tidak mau berkata-kata kecuali dengan ayat-ayat yang berserakan dalam Alquran.

Abdullah al-Wasithi, seperti diceritakan Syaikh Nawawi, berkata, "Aku melihat seorang wanita di Arafah. Wanita itu berkata, ‘Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang menyesatkannya. Baragsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menunjukinya’.

Aku memahami bahwa wanita ini tersesat. ‘Memang kamu berasal dari mana?’, tanyaku.

Wanita itu menjawab, ‘Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid Haram ke Masjid Aqsha’ (QS. al-Isra/17: 1). Kendati jawaban wanita itu adalah potongan ayat Alquran, tapi aku paham bahwa wanita itu berasal dari Palestina. 

‘Apa keperluanmu datang ke Arafah?’ tanyaku.

Ia menjawab, ‘Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah’  (QS. Ali Imran/: 97). Kembali aku paham bahwa wanita itu tersesat  saat menunaikan ibadah haji.

Untuk itu, aku tanyakan, ‘Apakah kamu mempunyai suami?’

Wanita itu merahasiakan soal suaminya. Ia hanya berujar, "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya" (QS. al-Isra/17: 36). Artinya wanita itu dapat mau menyebutkan keberadaan suaminya yang tidak dia ketahui rimbanya.

Karena ingin menolongnya, aku menawarkan, ‘Maukah kamu naik unta ke Palestina?’

Lagi-lagi dia hanya menjawab dengan sepotong ayat, ‘Dan  apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya’ (QS. al-Baqarah/2: 197. Jelas kalau wanita itu menerima tawaranku. Ia juga mendoakan aku agar kebaikanku dibalas oleh Allah.

Lalu wanita itu naik unta, namun sebelumnya dia sempat mengingatkan aku, ‘Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandanganya’  (QS. al-Nur/24: 30). Aku paham maksudnya. Untuk itu aku menjaga pandanganku saat ia menaiki unta.

Baru setelah dia berada di atas unta, aku melempar tanya, ‘Siapa namamu?’

Ia hanya menjawab, ‘Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Alquran’  (QS. Maryam/19: 16). Dengan gampang aku mengetahui, namanya Maryam.

Soal keluarganya yang lain, aku tanyakan, ‘Apa kamu punya anak?’  Dengan jawaban berikut ini, aku mengerti bahwa dia diwasiati atau memiliki anak, ‘Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian juga Ya'kub’ (QS. al-Baqarah/2: 132).

Berikutnya saat aku tanyakan, ‘Siapa nama anak-anakmu?’ Aku diberi tahu bahwa dia punya anak tiga, nama mereka adalah Musa, Ibrahim, dan Daud.

Ketiga nama anaknya aku  pahami dari jawabannya, ‘Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung’ (QS. al-Nisa/4: 164). ‘Dan Allah telah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya’ (QS. al-Nisa/4: 125). ‘Hai Daud   sesungguhnya kamu penguasa di muka bumi’ (QS. Shad/38: 26).

Sejurus aku bertanya, ‘Dimana mereka tinggal?’

Wanita menjawab, ‘Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk’  (QS. al-Nahl/16: 16). Dari yang dikatakannya aku pahami bahwa mereka adalah para penunjuk jalan bagi penunggang unta (dan tinggal di sana).

Aku bertanya lagi, ‘Apakah kamu ingin makan sesuatu, Maryam?’

Ia malah menjawab, ‘Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah’  (QS. Maryam/19: 26). 

Fragmen berikutnya, sesudah sampai di tempat yang dituju, aku saksikan anak-anak mereka menangis ketika bertemu dengan Maryam. Maryam berseru, ‘Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini’ (QS. al-Kahfi/18: 19).

Menurut informasi anak-anaknya, Maryam tersesat sejak tiga hari  silam. Maryam bernadzar tidak berbicara kecuali dengan Alquran.

Tak lama berselang aku mendapat kabar, Maryam sedang meregang nyawa. Aku menghampirinya dan bertanya tentang keadaannya. Maryam menjawab, ‘Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya’ (QS. Qaf/50: 19).

Suatu malam setelah Maryam meninggal,  dalam mimpi aku bertanya kepadanya, ‘Di mana kini kamu berada?’  Maryam menjawab, ‘Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai. Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa’ (QS. al-Qamar/54: 54-55).

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement