Sabtu 13 Aug 2022 20:28 WIB

Nasionalisme Orang Desa

Nasionalisme pantas disandingkan dengan orang desa.

Warga mengepalkan tangan ketika mengikuti upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia di Taman Refugia, Desa Penanggungan, Trawas, Kabupataen Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (17/8/2021). Selain meningkatkan semangat rasa cinta tanah air, upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebut juga bertujuan memperkenalkan wisata pertanian kepada masyarakat.
Foto:

Belajar Nasionalisme dari Desa

Kohn (1955) menyebut bahwa nasionalisme seharusnya menjadikan kesetiaan tinggi individu harus diserahkan kepada Negara Kebangsaan. Pesan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpa darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda.

Nasionalisme pantas disandingkan dengan orang desa. Desa adalah daerah otonom yang paling tua, dimana desa lahir sebelum lahirnya daerah koordinasi yang lebih besar dan sebelum lahirnya kerajaan (negara), sehingga ia mempunyai otonomi yang penuh dan asli. Sebelum era kolonialisme, struktur politik dan fungsi pemerintahan asli (desa) sudah dikenal luas dalam berbagai masyarakat, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di daerah lain di luar Indonesia.

Orang-orang kota, pejabat pemerintahan, kaum terpelajar, selain perlu belajar nasionalisme dari teori dan pendidikan barat, perlu juga belajar nasioanlisme yang dimiliki oleh desa-desa di Indonesia. Mereka merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup sederhana, pada umumnya hidup dari lapangan pertanian dan laut, ikatan sosial, adat dan tradisi masih kuat, sifat jujur dan bersahaja, dan mencintai negaranya dengan sepenuhnya.

Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) mengatakan bahwa Indonesia adalah kumpulan dari desa-desa sehingga membentuk Indonesia, bukan sebaliknya, Indonesia yang melahirkan desa-desa di Indonesia. Indonedia hanya bertindak sebagai platform untuk menyatukan seluruh desa-desa di Indonesia.

Seandainya sejak dulu orang-orang desa tidak pernah mencintai negaranya, antar tetangga saling bunuh, tidak ada ikatan sosial yang kuat, tidak ada kegiatan desa, tidak ada struktur desa yang saling mengingatkan, bahkan berbuat makar dan memisahkan diri dari dunia luar, tentu tidak ada yang namanya Indonesia.

Memupuk semangat nasionalisme di bulan kemerdekaan ini harus adanya, terlebih hari ini kita hidup ditengah masyarakat yang semakin individualis, saling curiga, intoleransi, dan kesenjangan sosial-ekonomi. Kita perlu belajar dari orang desa, bahwa semangat membangun Indonesia tidak pernah meminta balas dan jasa.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement