Sabtu 13 Aug 2022 11:58 WIB

Majukan Kebudayaaan, Rangkaian Kenduri Swarnabhumi Resmi Dimulai

Kenduri Swarnabhumi merupakan kegiatan pemajuan kebudayaan Melayu di DAS Batanghari.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Kegiatan Kenduri Swarabhumi di Jambi.
Foto: Kemendikbudristek.
Kegiatan Kenduri Swarabhumi di Jambi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Rangkaian Kenduri Swarabhumi di Jambi secara resmi dimulai pada Jumat (12/8/2022) dan akan berakhir 22 September 2022 mendatang. Mengusung tema utama Peradaban Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti, Kenduri Swarnabhumi merupakan kegiatan pemajuan kebudayaan Melayu, khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Kegiatan ini diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan 14 pemerintah daerah dan berbagai komunitas.

Sekretaris Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Fitra Arda mengatakan, Kenduri Swarnabhumi sebagai wadah pemulihan ekosistem budaya dan alam berbasis kearifan lokal untuk pemajuan kebudayaan.

“Sungai merupakan sumber kehidupan yang telah melahirkan berbagai peradaban dunia. Kenduri Swarnabhumi diselenggarakan untuk merevitalisasi kebudayaan akuatik di sepanjang DAS Batanghari,” ujar Fitra dalam keterangan resminya, Sabtu (13/8/2022).

Sungai Batanghari memiliki rekam sejarah yang kaya sejak dulu hingga sekarang dalam khazanah budaya Indonesia. Dulu, melalui perdagangan lintas samudera dan silang budaya, Sungai Batanghari menjadi peradaban tersendiri. Namun demikian, kondisi Sungai Batanghari saat ini menghadapi berbagai tantangan alam serta lingkungan, terutama hantaman perkembangan zaman.

“Kenduri Swarnabhumi dapat memperkuat kebudayaan Melayu sebagai identitas bersama (common identity) pada wilayah yang dialiri DAS Batanghari. Sehingga mampu meningkatkan keterhubungan antara sungai, manusia, dan budaya guna mengembangkan dan memanfaatkan warisan tradisi dan cagar budaya nasional,” jelas Fitra.

Gubernur Jambi Al Haris mengatakan bahwa Sungai Batanghari yang terbentang sejauh 800 kilometer dan terpanjang di Pulau Sumatra tersebut banyak meninggalkan jejak sejarah sebagai saksi peradaban manusia.

Berdasarkan catatan sejarah, sekitar abad ke-7 hingga ke-12 banyak pedagang dari Persia, Arab, India, Cina, dan beberapa lainnya yang menjadikan Sungai Batanghari sebagai jalur utama perniagaan.

"Oleh sebab itu, sangat banyak peninggalan fisik maupun nonfisik di kawasan sepanjang DAS Batanghari yang menunjukkan telah adanya peradaban budaya masyarakat akuatik pada masa lampau, seperti antara lain candi, area pemukiman dan kesenian, perahu, arsitektur bangunan maupun lainnya," kata Al Haris.

Menurut Al Haris, DAS Batanghari adalah saksi bisu perjalanan sejarah budaya Jambi dan Sumatra Barat. "Sehingga jangan heran bila tradisi budaya kedua daerah provinsi tersebut banyak mempunyai kemiripan,” terangnya.

Wilayah yang terlibat dalam Kenduri Swarnabhumi meliputi Kabupaten/Kota Dharmasraya, Bungo, Tebo, Merangin, Sarolangun, Batanghari, Jambi, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Sungai Penuh, dan Kerinci.

Seperti slogan yang digunakan ‘Cintai Budaya Kita Lestarikan Sungai, Cintai Sungai Kita Lestarikan Budaya’, selama pelaksanaan Kenduri Swarnabhumi bakal berlangsung banyak kegiatan yang mendukung penyebarluasan informasi budaya di sepanjang DAS Batanghari, sekaligus menggerakkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya alam dalam membangun peradaban selama ini.

Sejumlah kegiatan yang digelar sebagai rangkaian yang mengusung Kenduri Swarnabhumi adalah ekspedisi susur Sungai Batanghari, sekolah lapangan, pemugaran kawasan cagar budaya nasional Muara Jambi, 14 festival daerah, seminar, dan talkshow peradaban DAS Batanghari.

Kenduri Swarnabhumi melibatkan kalangan yang fokus pada bidang budaya seperti arkeolog, peneliti, sejarawan, akademisi, budayawan, komunitas, dan mahasiswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement