Jumat 12 Aug 2022 19:01 WIB

Studi Sebut Wanita Vegetarian Berisiko Lebih Tinggi Alami Patah Tulang Panggul

Peningkatan risiko patah tulang panggul naik karena diet bebas daging.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Peningkatan risiko patah tulang panggul naik karena diet bebas daging.
Foto: Republika/Prayogi
Peningkatan risiko patah tulang panggul naik karena diet bebas daging.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi besar di Inggris menemukan bahwa perempuan vegetarian sepertiga lebih tinggi risikonya mengalami patah tulang panggul, dibandingkan mereka yang bukan vegetarian.

Peningkatan risiko mungkin timbul dari diet bebas daging yang cenderung memiliki lebih sedikit protein, dan kemungkinan kekurangan vitamin dan mineral, seperti kalsium dan vitamin B12 yang membantu memperkuat tulang.

Baca Juga

Wanita lebih cenderung mengalami patah tulang panggul daripada pria, terutama seiring bertambahnya usia, karena setelah menopause, kadar hormon estrogen turun, yang menyebabkan tulang menjadi lebih lemah. Patah tulang panggul adalah penyebab kematian yang signifikan pada orang tua karena sulit untuk pulih dan dapat mengakibatkan imobilitas yang berkepanjangan dan komplikasi kesehatan.

"Efeknya terhadap kesehatan cukup besar," kata James Webster dari University of Leeds Inggris, seperti dilansir dari NewScientist, Jumat (12/8/2022).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa vegetarian dan vegan memiliki tulang yang lebih lemah, sehingga tim Webster mengambil keuntungan dari penelitian besar yang sedang berlangsung yang telah melacak kesehatan dan gaya hidup lebih dari 26 ribu wanita di Inggris selama sekitar 20 tahun. Mereka berusia antara 35 dan 69 tahun saat perekrutan, dan sejauh yang peneliti ketahui tidak ada yang transgender.

Secara keseluruhan, sekitar 3 persen peserta mengalami patah panggul selama waktu itu. Mereka yang bervegetarian memiliki risiko 33 persen lebih tinggi untuk mengalami hal ini dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi daging setidaknya lima kali seminggu.

Tidak ada perbedaan risiko antara pemakan daging biasa dan mereka yang makan dalam jumlah lebih sedikit, atau hanya makan ikan. Vegan tidak termasuk dalam penelitian ini.

Penelitian lain menemukan bahwa menjadi vegetarian lebih baik untuk kesehatan dengan cara yang berbeda misalnya, dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah. Namun, semua penelitian tersebut, termasuk yang terbaru, bersifat observasional, sehingga tidak dapat membuktikan bahwa diet menyebabkan pola kesehatan yang berbeda, hanya saja ada korelasinya.

Studi semacam itu dapat membuat diet tanpa daging tampak lebih bermanfaat daripada yang sebenarnya karena vegetarian biasanya memiliki gaya hidup yang lebih sehat dengan cara lain, seperti menghindari merokok dan minum banyak. 

Webster mengatakan, studi ini seharusnya tidak membuat orang berhenti menjadi vegetarian, karena orang bisa mendapatkan protein dari produk susu dan kacang-kacangan dan dapat mengonsumsi suplemen vitamin atau menggunakan produk susu yang diperkaya kalsium jika perlu.

Jen Elford dari Vegetarian Society menekankan pentingnya melihat masalah ini secara proporsional, mengingat hasil bagi kesehatan vegetarian umumnya sangat baik. Risiko patah tulang umumnya berkorelasi dengan asupan kalsium dan vitamin D sehingga kebutuhan untuk memastikan asupan nutrisi terpenuhi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement