Kamis 11 Aug 2022 17:40 WIB

Pemprov Jabar akan Rutin Berikan Tablet Penambah Darah untuk 1,4 Juta Remaja Putri

Remaja putri berpotensi besar mengalami berbagai penyakit akibat kekurangan darah

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
Pemprov Jabar akan rutin memberikan tablet penambah darah pada 1,4 juta remaja putri di Jabar yang berusia 12-18 tahun . Pemberian tablet penambah darah untuk remaja putri yang di antaranya merupakan siswa SMA/SMK sederajat ini untuk meminimalisir terjadinya berbagai penyakit.
Foto: istimewa
Pemprov Jabar akan rutin memberikan tablet penambah darah pada 1,4 juta remaja putri di Jabar yang berusia 12-18 tahun . Pemberian tablet penambah darah untuk remaja putri yang di antaranya merupakan siswa SMA/SMK sederajat ini untuk meminimalisir terjadinya berbagai penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemprov Jabar akan rutin memberikan tablet penambah darah pada 1,4 juta remaja putri di Jabar yang berusia 12-18 tahun . Pemberian tablet penambah darah untuk remaja putri yang di antaranya merupakan siswa SMA/SMK sederajat ini untuk meminimalisir terjadinya berbagai penyakit.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, tablet penambah darah ini diberikan kepada remaja putri Jabar oleh Kementerian Kesehatan melalui Dinas Kesehatan (Kemenkes) Jabar. 

Baca Juga

"Hari ini untuk remaja putri yang minum saya perkirakan kurang lebih 1,4 juta (orang) yang terdiri dari anak-anak remaja di sekolah, SMA/SMK sederajat dan juga sebagian SMP dan sebagian di lingkungan Kementerian Agama," ujar Dedi Supandi di sela Kampanye Gizi Seimbang dan Gebyar Minum Tablet Tambah Darah (TTD) di Gedung Sate, Kamis (11/8).

Nantinya, menurut Dedi Supandi, dosis tablet penambah darah ini akan dikonsumsi oleh remaja putri secara berkala satu tablet untuk satu pekan. Disdik Jabar, akan memberikan kartu sebagai bagian dari monitoring dan evaluasi program tersebut.  "Dan selain kartu itu ada aplikasi ceria, aplikasi itu ada di playstore. Aplikasi itu juga mengingatkan akan bunyi jika belum minum," katanya.

Dedi Supandi mengatakan, berbagai dampak kesehatan akan muncul bilamana kekurangan darah. Sementara remaja putri tentunya memiliki potensi yang besar mengalami berbagai macam jenis penyakit yang ditimbulkan oleh kekurangan darah tersebut. 

Menurut Dedi, penyakit anemia sendiri kini menjangkit 41,8 persen masyarakat Jabar."Jika mereka terkena anemia maka dari anemia ini akan berdampak kepada gejala gejala kalau di remaja mengganggu pemikiran, pembelajaran dan lain sebagainya," kata Dedi. 

Tidak hanya itu, kata Dedi Supandi, anemia juga akan berdampak kepada wanita bilamana hamil dan melahirkan. Di mana kekurangan darah akan memicu munculnya kondisi stunting terhadap anak.  "Maka Hari ini kita lakukan serentak untuk membudayakan minum tablet tambah darah," katanya.

Dedi berharap, melalui gerakan minum tablet tambah darah ini mampu menjadikan Indonesia terbebas dari anemia dan mampu zero stunting pada 2045 nanti.  "Tujuannya adalah memersiapkan remaja remaja putri yang ke depannya mereka akan menjadi ibu hamil yang ke depannya, mereka akan menjadi pencipta generasi emas agar 2045 bebas anemia dan zero stunting," katanya. 

Sementara menurut Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandung, Atalia Praratya Kamil, remaja putri berpotensi mengalami anemia. Hal ini didasari oleh berbagai kebiasaan yang dialami dan sistem hormon dengan adanya menstruasi. 

Di antaranya, kata dia, cukup banyak remaja putri yang menjalani diet ketat namun secara gizi tidak terpenuhi dengan baik sehingga tidak seimbang. Selain itu, banyaknya aktivitas yang dijalani dalam keseharian.  "Dengan kita berikan TTD ini agar sehat dan menghadirkan generasi yang tidak stunting, jadi sehat mulai dari remaja putri," kata Atalia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement