Kamis 11 Aug 2022 15:28 WIB

Soal Isu Kenaikan Harga Mi instan, Ini Komentar Pedagang

Kenaikan harga sudah terjadi terhadap jenis mi lainnya.

Harga mi instan diisukan akan naik. Para pedagang pun berkomentas atas kabar tersebut. (ilustrasi).
Foto: The Straits Times
Harga mi instan diisukan akan naik. Para pedagang pun berkomentas atas kabar tersebut. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra menyebut tak akan ada kepanikan terkait isu kenaikan harga mi instan.

"Kembali lagi, bahwa mi itu bukan bahan pokok, melainkan adalah barang subtitusi dari makanan pokok kita, sepertinya tidak akan sampai ada kepanikan berbelanja di masyarakat," kata Agra di Denpasar, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga

Isu soal kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat ini muncul dari pernyataan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pada Senin (8/8/2022) yang meminta masyarakat berhati-hati akan adanya kenaikan harga mi instan yang berbahan gandum itu.

Kenaikan itu disebut-sebut sebagai dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina. Namun demikian, Ketua Aprindo Bali menyampaikan bahwa kenaikan harga mi instan merupakan hal yang lumrah.

"Kalau kenaikan harga memang lumrah terjadi, tidak hanya kali ini saja. Tetapi untuk yang ini mungkin perlu menjadi perhatian akibat perang Rusia-Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum," ujar Agra kepada media.

Menurutnya, apabila harga mi instan melambung tinggi, masyarakat akan beralih mencari substitusi produk gandum sehingga dampaknya tak akan begitu terasa. Kendati harga mi instan belum melambung tinggi, pedagang pasar dan retail di Bali mengaku telah merasakan kenaikan harga sedikit demi sedikit.

"Sudah naik segala macam mi, mi kuning duluan naik Rp 500 per bungkus, jadi Rp 10 ribu per dus. Untuk mi yang lebar sekarang bisa Rp 20 ribu per dus," kata salah satu pedagang sembako di Pasar Katrangan Denpasar, Ni Made Kartini (41 tahun).

Mi instan jenis goreng kini dijualnya dengan harga Rp 3.500 dari yang sebelumnya Rp 3.000, sedangkan mi rebus masih di angka Rp 3.000 sehingga dalam satu dusnya, ia membeli kepada distributor seharga Rp 110 ribu dari yang sebelumnya Rp 100 ribu.

"Sekarang berkurang ngambil-nya, biasanya nyari dua dus, sekarang satu dus saja lama habisnya. Untuk kenaikan dari distributor kalau akan naik pasti sebelumnya diberitahu mau naik," kata Kartini.

Pegawai salah satu retail di Denpasar Timur justru mengatakan tak ada dampak buruk terkait kenaikan harga tipis ini. Di toko yang dikelolanya, belum ada pembeli yang mengeluh atas kenaikan harga yang terjadi sehingga pengurangan stok juga tidak dilakukan.

"Hampir sebulan sekali naik, harga jual sekarang masih Rp 3.000 untuk mi instan goreng dan rebus kuah. Ini harga tertinggi yang pernah kami jual," kata pegawai ritel bernama Made Suarta (44 tahun).

Ia mengaku belum pernah mendengar isu adanya kenaikan harga hingga tiga kali lipat. Meski demikian Suarta mengaku ritel tempatnya bekerja umumnya akan menunggu respons pembeli apabila kenaikan tajam ini benar terjadi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement