Rabu 10 Aug 2022 01:30 WIB

Langkah Kota Bogor Hadapi Perubahan Iklim

Pemkot Bogor lakukan berbagai langkah hadapi perubahan iklim seperti urban farming.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto (kiri) dan Kepala KPw BI Provinsi Jawa Barat Herawanto (kanan) meninjau urban farming di Kota Bogor. Pemkot Bogor lakukan berbagai langkah hadapi perubahan iklim seperti urban farming.
Foto: Humas Pemkot Bogor
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto (kiri) dan Kepala KPw BI Provinsi Jawa Barat Herawanto (kanan) meninjau urban farming di Kota Bogor. Pemkot Bogor lakukan berbagai langkah hadapi perubahan iklim seperti urban farming.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan berbagai hal dalam rangka menghadapi perubahan iklim. Di antaranya melakukan naturalisasi sungai, mengadakan program urban farming, Bogor Tanpa Plastik, dan menjaga sisa sawah dan lahan hikau yang ada di Kota Bogor.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, Anas S. Rasmana, mengatakan dalam program Bogor berkebun pihaknya juga melakukan recovery ekonomi dengan mempertahankan lahan yang tersisa.

Baca Juga

“Kami membuat kampung durian Rancamaya, kampung alpukat Pamoyanan, kampung manggis di Situ Gede, yang kita tanam dengan berbagai macam tanaman agar tingkat produksi oksigen meningkat,” ujar Anas, Selasa (9/8/2022).

Terkait lahan hijau yang tersisa, Anas menyebutkan, di kawasan Ciharacas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor terdapat ‘surga yang tersisa’. Berupa sawah seluas 12 Hektare yang seharusnya hilang, namun saat ini mampu menghasilkan ribuan pengunjung agrowisata.

“Kita bisa mempertahankan sawah yang tersisa sekitar 200 Hektare, kita pastikan menjadi tempat agrowisata,” ucap Anas.

Di samping itu, ada juga kegiatan Bogor Tanpa Plastik di pusat perbelanjaan dan pengusaha retail, dan uji emisi kendaraan setiap tiga bulan sekali. Serta Bogor Bebas Rokok dimana terdapat kawasan bebas asap rokok bahkan iklan rokok.

“Kami menyadari pentingnya tetap mempertahankan agar tidak terjadi pemanasan global. Sehingga kami melaksanakan program yang ke arah ke sana,” tuturnya.

Sebelumnya, Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, juga memaparkan gerakan urban farming ‘Bogor Berkebun’ untuk menciptakan ketahanan pangan mandiri pada masa pandemi, dalam konferensi internasional Urban20 (U20). Konferensi ini mengangkat tema ‘meningkatkan ketahanan pangan kota dan menciptakan pekerjaan masa depan melalui urban farming yang berbasis budaya dan teknologi.’

“Ada pertumbuhan signifikan jumlah kelompok tani di Kota Bogor sejak gerakan Bogor Berkebun ini diluncurkan. Saat ini, tercatat sudah ada 330 kelompok pertanian, peternakan hingga perikanan. Program ini tidak saja diikuti antusias oleh petani, tapi juga generasi muda, mahasiswa atau pelajar yang mengisi kegiatan produktif di masa pandemi,” jelas Bima Arya.

Selain untuk mengisi waktu, urban farming ini juga mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah karena bisa menambah pendapatan bagi yang kehilangan pekerjaan. Bima Arya berharap, gerakan urban farming bisa lebih masif lagi meski pandemi sudah perlahan melandai dan menuju normal.

“Tahapan pasca panennya juga kita pikirkan dengan melibatkan pihak lain sebagai penyaluran hasil panen. Misalnya ada Toko Tani Indonesia, pasar tradisional, Asosiasi Pasar Tani dan mobil tani keliling,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement