Selasa 09 Aug 2022 16:44 WIB

IHSG Diprediksi Bergerak di Kisaran 6.500-7.278 pada Agustus

Ada sejumlah faktor penggerak IHSG seperti kebijakan BI dan harga komoditas.

Layar pergerakan saham di Jakarta, Kamis (24/2/2022). Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan bergerak di kisaran 6.500 hingga 7.278 pada Agustus 2022.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/rwa.
Layar pergerakan saham di Jakarta, Kamis (24/2/2022). Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan bergerak di kisaran 6.500 hingga 7.278 pada Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan bergerak di kisaran 6.500 hingga 7.278 pada Agustus 2022.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan, memang ekspektasi pada bulan ini, IHSG mengalami penurunan. Sebab bulan lalu IHSG tidak mampu menembus level resisten 7.000.

Baca Juga

"Pada akhir Juli IHSG ada di posisi 6.957, jadi secara teknikal itu masih diperkirakan turun. Tapi berita bagusnya di data-data ekonomi bagus, PMI bagus dan data pertumbuhan ekonomi bagus. Ini sangat mendukung IHSG yang sekarang di level 7.100," ujar Martha dalam diskusi di Jakarta, Selasa (9/8/2022).

Menurut Martha, faktor penggerak IHSG pada Agustus yaitu data-data ekonomi domestik, kebijakan bank sentral, data laporan keuangan emiten, dan juga pergerakan harga komoditas ke depan. "Untuk laporan keuangan year on year itu rata-rata bagus pertumbuhannya. Revenue bagus, pertumbuhan laba bersih juga bagus. Tapi yang qoq (kuartal ke kuartal) naik, tentu tidak akan terlalu banyak," ujar Martha.

 

Secara keseluruhan, lanjut Martha, sektor yang pertumbuhannya paling bagus yaitu sektor pertambangan batubara dan juga sektor pendukung pertambangan seperti alat berat, transportasi dan logistik, perbankan, dan juga telekomunikasi. Sektor ritel juga naik seiring momen puasa dan lebaran. "Sisanya sektor health dan sektor konsumer. Sektor konsumer rata-rata pertumbuhan bagus dari sisi revenue, tapi karena kenaikan beban, beban bahan baku dan bahan bakar, akhirnya labanya mengalami penurunan," kata Martha.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement