Selasa 09 Aug 2022 12:53 WIB

Erick Ungkap Dampak Besar Pelabuhan Terminal Kijing yang Diresmikan Jokowi

Pengembangan Pelabuhan Terminal Kijing akan meningkatkan daya saing

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa (9/8/2022) pagi WIB, sebelum terbang untuk meresmikan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kabupaten Mempawah.
Foto: Dok Setkab
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa (9/8/2022) pagi WIB, sebelum terbang untuk meresmikan Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak di Kabupaten Mempawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyakini peresmian proyek strategis nasional (PSN) Pelabuhan Terminal Kijing di Mempawah, Kalimantan Barat memiliki nilai strategis bagi pemerataan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional. Hal itu juga memperkuat ekosistem industri pelabuhan nasional, sekaligus daya saing pelabuhan-pelabuhan Indonesia sebagai jalur strategis perdagangan di Asia Tenggara serta internasional.

Hal itu dinyatakan Erick saat ikut menyaksikan peresmian pelabuhan Terminal Kijing oleh Presiden Joko Widodo di Kabupaten Mempawah, Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (9/8/2022). Peresmian pelabuhan itu dihadiri pula oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR, Basuki Hadimoeljonmo, beberapa anggota DPR dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan.

Baca Juga

Seperti disampaikan presiden, ucap Erick, ada nilai strategis bagi pemerataan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional melalui pembangunan pelabuhan. "Ini akan mendukung hilirisasi untuk memaksimalkan ekspor kita dengan cara-cara baru dan percepatan," ujar Erick.

Erick menilai pengembangan Pelabuhan Terminal Kijing yang kapasitasnya meningkat akan meningkatkan daya saing, memperkuat rantai ekosistem industri pelabuhan sehingga kian terkoneksi dan mendukung hilirisasi industri. Ia menambahkan, peran Kementerian BUMN dalam pembangunan Pelabuhan Terminal Kijing, salah satunya melalui pendanaan mandiri dari anggaran BUMN hasil kolaborasi antara Pelindo dan WIKA. Tujuannya mempercepat kapasitas Pelindo menjadi operator pelabuhan bertaraf internasional.

 

Dengan demikian, lanjut Erick, Pelindo dapat menghubungkan belasan ribu pulau, membawa arus pertumbuhan perekonomian, dan menaikkan daya saing Indonesia. Saat ini, Indonesia masih dianggap sebagai negara dengan biaya logistik tertinggi.

Mantan Presiden Inter Milan itu berharap keberadaan pelabuhan Terminal Kijing ini harus dimanfaatkan secara optimal sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya Kalimantan Barat yang memiliki potensi crude palm oil, bauksit, dan sumber alam lainnya melalui efisiensi jalur distribusi dari kawasan industri menuju lokasi bongkar muat barang. "Hal ini bertujuan menekan biaya logistik agar lebih ekonomis," lanjut Erick.

Erick menyampaikan Pelabuhan Terminal Kijing adalah pelabuhan terbesar di Pulau Kalimantan dengan kapasitas hingga 1,95 juta TEUS container dan 28 juta ton barang. Meski saat ini baru digunakan untuk 500 ribu TEUs container dan 8 juta ton, namun kapasitas itu memiliki nilai strategis bagi pemerataan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah dan nasional. Kontribusi yang disediakan pelabuhan tersebut juga memperkokoh posisi Pelindo sebagai operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total arus peti kemas atau throughput mencapai 16,7 juta TEUs.

"Pemerintah terus memastikan hilirisasi industri kelapa sawit dan sumber daya lainnya. Dalam hal ini Pertamina akan membangun Depot BBM dan gas. MIND ID saat ini juga sedang membangun refinery alumina dengan kapasitas 1 juta ton di Mempawah yang akan memanfaatkan terminal pelabuhan di Kijing nantinya," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement