Jumat 05 Aug 2022 17:40 WIB

China akan Sanksi Nancy Pelosi karena Kunjungi Taiwan

Nanvy Pelosi mengunjungi Taiwan pada Selasa (2/8/2022) lalu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Taiwan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi, kiri, dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen melambai selama pertemuan di Taipei, Taiwan, Rabu, 3 Agustus 2022. Ketua DPR AS Nancy Pelosi, bertemu pejabat tinggi di Taiwan meskipun ada peringatan dari China, mengatakan pada hari Rabu bahwa dia dan para pemimpin kongres lainnya dalam delegasi yang berkunjung menunjukkan bahwa mereka tidak akan meninggalkan komitmen mereka terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
Foto: ap/Taiwan Presidential Office
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Taiwan, Ketua DPR AS Nancy Pelosi, kiri, dan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen melambai selama pertemuan di Taipei, Taiwan, Rabu, 3 Agustus 2022. Ketua DPR AS Nancy Pelosi, bertemu pejabat tinggi di Taiwan meskipun ada peringatan dari China, mengatakan pada hari Rabu bahwa dia dan para pemimpin kongres lainnya dalam delegasi yang berkunjung menunjukkan bahwa mereka tidak akan meninggalkan komitmen mereka terhadap pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China akan menjatuhkan sanksi kepada Ketua House of Representatives Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi. Hal itu menyusul kunjungannya ke Taiwan.

“Kunjungan Pelosi ke Taiwan adalah manipulasi politik yang terang-terangan serta pelanggaran mencolok dan serius terhadap kedaulatan serta integritas teritorial China. Menanggapi kolusi dan provokasi AS-Taiwan, serangan balasan China wajar saja,” kata Wakil Menteri Luar Negeri China Deng Li, Jumat (5/8/2022).

Baca Juga

Deng menekankan, China akan melakukan segala hal dengan semua konsekuensinya untuk mempertahankan integritas wilayahnya. Belum diungkap sanksi semacam apa yang bakal dijatuhkan Beijing kepada Nancy Pelosi. 

Pelosi mengunjungi Taiwan pada Selasa (2/8/2022) lalu. Ia menjadi pejabat tertinggi AS yang melakukan lawatan ke Taipei dalam 25 tahun. China memprotes keras kunjungan tersebut. Sesaat setelah Pelosi mendarat di Taiwan pada Selasa malam lalu, Beijing menggelar latihan militer gabungan di Selat Taiwan. Latihan itu dilanjutkan pada Kamis (4/8/2022) lalu dan akan berlangsung hingga Ahad (7/8/2022) mendatang.

Dalam latihannya pada Kamis lalu, China meluncurkan sejumlah rudal balistik. Terakhir kali Negeri Tirai Bambu meluncurkan rudal ke perairan sekitar Taiwan terjadi pada 1996. Sebanyak lima rudal balistik yang diluncurkan militer China jatuh di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang. "Lima dari sembilan rudal balistik yang diluncurkan China diyakini telah mendarat di ZEE Jepang," kata Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi.  

Okinawa, sebuah pulau paling selatan Jepang, berdekatan dengan Taiwan. Menurut Kishi, tak pernah terjadi sebelumnya rudal China jatuh atau mendarat di ZEE Jepang. Menyusul kejadian itu, Kishi mengungkapkan, negaranya sudah melayangkan protes ke Beijing lewat saluran diplomatik. "Ini masalah serius yang mempengaruhi keamanan nasional kami," ucapnya. 

Kemudian dalam latihannya pada Jumat, sejumlah pesawat tempur dan kapal perang milik Beijing bergerak lebih berani, yakni dengan melintasi garis median Selat Taiwan, yakni perbatasan tak resmi antara Beijing dan Taipei. “Pada pukul 11.00 pagi, beberapa kelompok pesawat tempur dan kapal perang China melakukan latihan di sekitar Selat Taiwan dan melintasi garis median selat tersebut,” kata Kementerian Pertahanan Taiwan dalam sebuah pernyataan. 

“Latihan militer ini, apakah itu peluncuran rudal balistik atau penyeberangan yang disengaja dari garis median selat (Taiwan), adalah tindakan yang sangat provokatif,” tambah Kemenhan Taiwan. 

China diketahui mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. Namun Taiwan berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa Beijing tidak pernah memerintahnya dan tak berhak berbicara atas namanya. Situasi itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan dan berpeluang memicu konfrontasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement