Jumat 05 Aug 2022 06:55 WIB

OJK: Dana Terhimpun di Pasar Modal Capai Rp 123,5 Triliun per 26 Juli

Tekanan terhadap pasar keuangan global sudah mulai berdampak ke pasar saham domestik.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat  penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 123,5 triliun per 26 Juli 2022.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Karyawan berjalan di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 123,5 triliun per 26 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat  penghimpunan dana di pasar modal sebesar Rp 123,5 triliun per 26 Juli 2022. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan kinerja pasar saham mampu menguat 5,7 persen (ytd) ke level 6.898,22 per 27 Juli 2022 dan termasuk dalam bursa saham yang memiliki kinerja terbaik di kawasan. 

Hal tersebut ditunjang dengan net by non-residen di pasar saham sebesar Rp 58,29 triliun di tengah gejolak pasar keuangan global. “Hingga 26 Juli 2022 mencapai Rp 123,5 triliun dengan tambahan 32 emiten baru,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (5/8/2022).

Baca Juga

Namun, Mahendra menegaskan tekanan terhadap pasar keuangan global juga sudah mulai berdampak pada pasar saham domestik yang terlihat dari meningkatnya volatilitas di pasar saham domestik. “Kendati secara year to date non-residen masih mencatatkan inflow Rp 58,29 triliun, namun sejak Mei hingga 27 Juli 2022 telah mencatat net sale sebesar Rp 13,88 triliun yang sejalan dengan outflow dari emerging ekonomi lainnya,” ucapnya.

Menurutnya stabilitas sistem keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan relatif terjaga dengan intermediasi lembaga jasa keuangan yang tumbuh sejalan dengan kinerja perekonomian nasional. “Kredit perbankan pada kuartal II 2022 tumbuh 10,66 persen (yoy) pada Juni 2022,” ucapnya.

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh pertumbuhan kredit korporasi sebesar 12,87 persen. Sementara itu dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,13 persen (yoy) di tengah giro yang tumbuh 19,57 persen dan tabungan 12,31 persen. 

Hal ini sejalan dengan kinerja intermediasi perbankan, penyaluran pembiayaan juga melanjutkan tren positif dengan pertumbuhan 5,63 persen (yoy) pada Juni 2022 didukung pembiayaan terutama investasi dan modal kerja tumbuh masing-masing 19,6 persen dan 18,8 persen.

“Industri perasuransian berhasil meningkatkan penghimpunan premi hingga Rp 27,8 triliun pada Juni 2022 dengan premi asuransi jiwa mencapai Rp 15,2 triliun dan asuransi umum mencapai Rp 12,6 triliun,” paparnya.

Mahendra juga menyampaikan risiko kredit terjaga baik pada industri perbankan maupun pada pembiayaan didukung likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat.

Tercatat NPL gross perbankan pada Juni 2022 turun menjadi 2,86 persen, sementara rasio NPF perusahaan pembiayaan level 2,81 persen. Sedangkan likuiditas perbankan memadai dengan rasio alat likuid terhadap non-inti deposit berada level 133,35 persen dan alat likuid terhadap DPK level 29,99 persen pada Juni 2022.

Selanjutnya, ketahanan permodalan industri jasa keuangan juga memadai dengan CAR perbankan sebesar 24,69 persen yang juga sejalan dengan kuatnya permodalan industri asuransi jiwa dan asuransi umum dengan risk based capital masing-masing level 481,01 persen dan 318,24 persen. Demikian halnya dengan gearing ratio perusahaan pembiayaan sebesar 1,98 kali.

“Dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah meningkatnya risiko eksternal OJK akan semakin proaktif memperkuat kebijakan prudential sektor jasa keuangan dalam menjaga stabilitas industri jasa keuangan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement