Senin 01 Aug 2022 12:40 WIB

Wajah Baru Borobudur, Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan

Unsur pelestarian dan kemanfaatan ekonomi Borobudur harus dijaga agar bisa diwariskan

Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary, menyatakan Pemerintah telah melakukan revitalisasi, pembangunan infrastruktur, serta perbaikan jalan dan koridor sampai ke dalam area candi. Wisatawan kini dapat melihat kemegahan Borobudur secara langsung.
Foto: Kementerian Kominfo
Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary, menyatakan Pemerintah telah melakukan revitalisasi, pembangunan infrastruktur, serta perbaikan jalan dan koridor sampai ke dalam area candi. Wisatawan kini dapat melihat kemegahan Borobudur secara langsung.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wajah baru Borobudur kini siap dinikmati oleh para wisatawan. Pemerintah telah melakukan revitalisasi, pembangunan infrastruktur, serta perbaikan jalan dan koridor sampai ke dalam area candi. Wisatawan kini dapat melihat kemegahan Borobudur secara langsung.

“Unsur pelestarian dan kemanfaatan ekonomi Borobudur harus dijaga agar dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Dengan bergotong royong kita dapat menjadikan Borobudur naik kelas, dari Destinasi Super Prioritas menjadi destinasi kelas dunia,” ungkap Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kemenkominfo, Septriana Tangkary, dalam siaran persnya.

Septriana turut menambahkan bahwa pariwisata dan UMKM harus satu frekuensi, berkualitas dan berkelanjutan. “Dengan length of stay yang lebih panjang dan jumlah belanja yang lebih tinggi, memberi dampak positif bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat setempat dari yang terkecil hingga perekonomian Indonesia,” tambahnya.

Kemenparekraf, dalam hal ini, turut mendukung pengembangan pariwisata Borobudur, salah satunya dengan menerapkan tiga pilar strategi untuk aspek pariwisata dan ekonomi kreatif yaitu invoasi, adaptasi, dan kolaborasi.

Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu, menyatakan saat ini kita sedang berupaya untuk menciptakan legacy agar pariwisata bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya. “Aspek keberlanjutan ini bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi, industri. Jadi bagaimana pariwisata ini bisa dinikmati manfaatnya oleh semua komponen masyarakat,” demikian terang Vinsensius.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan, juga turut menyampaikan bahwa pengembangan wisata di sekitar Borobudur dilakukan dengan tujuan candi tetap lestari serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

“Pihak yang diizinkan naik ke candi harus menggunakan sandal upanat yang proses produksinya melibatkan masyarakat sekitar, sehingga sustainability-nya bisa dijalankan seiring dengan pertumbuhan ekonomi untuk masyarakat sekitar Borobudur,” tambahnya.

Direktur TWC Borobudur, Edy Setijono, turut menyampaikan bahwa pengembangan kawasan Borobudur sebagai destinasi superprioritas menjadi generator penggerak untuk pengembangan wilayah Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang). Tidak hanya kemanfaatan sosial dan lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat secara ekonomi.

 

“Konsep sirkulasi pengunjung Candi Borobudur merupakan upaya agar peluang meningkatnya jumlah wisatawan dapat sejalan dengan quality tourism, yaitu wisatawan short learning (tidak membutuhkan pendalaman wawasan Borobudur), serta wisatawan depth learning (kelompok wisatawan yang berkepentingan tertentu sehingga mendapatkan akses naik ke bangunan candi secara terbatas),” jelas Edy.

Ketua DPD PUTRI DIY, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, juga menyampaikan harapannya akan kolaborasi Yogyakarta dan Jawa Tengah, untuk bersama menjaga pariwisata Candi Borobudur yang tidak hanya berkualitas, tapi juga berkelanjutan.

BPPD turut membantu promosi dan koordinasi pengembangan pemasaran pariwisata sesuai kebijakan Pemda setempat, serta koordinasi pemasaran lintas sektor untuk satu visi, terutama Borobudur yang berada di kawasan Joglosemar (Jogjakarta, Solo, dan Semarang).

“Untuk mewujudkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan, perlu ada mapping USP (Unique Selling Point) setiap daerah, pemberdayaan dan penguatan masyarakat lokal, edukasi dan kenyamanan bagi wisatawan, serta mengaitkan pariwisata dengan keunikan budaya setempat,” jelas Sekjen Badan Promosi Pariwisata DIY, Ayu Cornelia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement