Ahad 31 Jul 2022 18:45 WIB

Raja Maroko Buka Pintu untuk Normalisasi Hubungan dengan Aljazair

Maroko dan Aljazair putus hubungan tahun lalu terkait perselisihan Sahara barat

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Raja Maroko Mohammed VI mengatakan, negaranya membuka diri untuk memulihkan hubungan dengan Aljazair. Aljir memutuskan hubungan diplomatik dengan Rabat tahun lalu terkait situasi perselisihan atas wilayah Sahara Barat.
Foto: reuters
Raja Maroko Mohammed VI mengatakan, negaranya membuka diri untuk memulihkan hubungan dengan Aljazair. Aljir memutuskan hubungan diplomatik dengan Rabat tahun lalu terkait situasi perselisihan atas wilayah Sahara Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT – Raja Maroko Mohammed VI mengatakan, negaranya membuka diri untuk memulihkan hubungan dengan Aljazair. Aljir memutuskan hubungan diplomatik dengan Rabat tahun lalu terkait situasi perselisihan atas wilayah Sahara Barat.

"Kami bercita-cita untuk bekerja dengan kepresidenan Aljazair sehingga Maroko dan Aljazair dapat bekerja bahu-membahu untuk membangun hubungan normal antara dua bangsa yang bersaudara," kata Raja Mohammed VI dalam pidato peringatan kenaikan takhtanya, Sabtu (30/7/2022), dikutip laman France24.

Dia menyerukan warga Maroko melestarikan semangat persaudaraan, solidaritas, dan bertetangga yang baik terhadap saudara-saudara mereka di Aljazair. "Saya tekankan sekali lagi bahwa perbatasan yang memisahkan saudara Maroko dan Aljazair tidak akan pernah menjadi penghalang yang menghalangi interaksi serta kemengertian mereka," ucapnya.

Aljazair memutuskan hubungan diplomatik dengan Maroko pada Agustus 2021. Mereka menuduh Rabat melakukan "tindakan bermusuhan". Maroko menyesalkan keputusan tersebut. Menurutnya, tindakan Aljazair memutuskan hubungan diplomatik merupakan langkah sepihak dan tidak dapat dibenarkan. Maroko menilai keputusan tersebut akan berdampak langsung terhadap rakyat Aljazair.

"Kerajaan Maroko akan tetap menjadi mitra yang tulus dan setia dari rakyat Aljazair sambil terus bekerja dengan bijaksana dan bertanggung jawab untuk pengembangan hubungan Maghreb yang sehat dan bermanfaat," kata Kementerian Luar Negeri Maroko dalam sebuah pernyataan kala itu.

Status Sahara Barat yang dipersengketakan telah menempatkan Maroko berhadapan dengan Front Polisario. Pertentangan kedua belah pihak sudah terjadi sejak 1970-an. Maroko menguasai hampir 80 persen wilayah yang dulunya merupakan koloni Spanyol tersebut.

Selama ini Front Polisario menghendaki referendum yang disponsori PBB. Perjuangan mereka didukung oleh Aljazair. Hal itu didorong atas adanya kekhawatiran ekspansi Maroko atas wilayah Aljazair. Pada 1976, Aljazair sempat mengakui Republik Demokratik Arab Sahrawi yang dideklarasikan Front Polisario pada tahun tersebut. Aljir mengakui mereka sebagai otoritas sah atas Sahara Barat.

Perang Sahara Barat berlangsung hingga 1991. Aljazair menyediakan markas besar bagi Front Polisario. Gencatan senjata retak pada 2020. Situasi itu kembali memantik ketegangan Maroko dan Aljir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement