Sabtu 30 Jul 2022 23:15 WIB

Mayoritas Jamaah Haji Gelombang Dua Diberangkatkan Malam Hari, Ini Sebabnya

Ada penerbangan jamaah haji yang mengharuskan transit.

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: Muhammad Hafil
Jamaah haji melakukan sujud syukur saat turun dari pesawat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (/28/7/2022). Sebanyak 394 jamaah haji kloter pertama Debarkasi Makassar asal Makassar, Soppeng dan Pare-Pare tiba kembali di tanah air seusai menunaikan ibadah haji.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Jamaah haji melakukan sujud syukur saat turun dari pesawat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (/28/7/2022). Sebanyak 394 jamaah haji kloter pertama Debarkasi Makassar asal Makassar, Soppeng dan Pare-Pare tiba kembali di tanah air seusai menunaikan ibadah haji.

IHRAM.CO.ID,MADINAH — Jamaah haji gelombang dua mulai diterbangkan dari Bandara Prince Mohamed bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah ke Indonesia sejak Sabtu (30/7/2022) dini hari. Mayoritas penerbangan jamaah yang sebelumnya menghabiskan waktu arbain di Madinah ini berlangsung pada malam hari. 

Kepala Seksi Pelayanan Kedatangan dan Pemulangan (Yanpul)  Jamaah Daker Bandara Edayanti Dasril menjelaskan, jadwal penerbangan jamaah gelombang 2 memang lebih sering berlangsung pada malam hari. “Batasan antara jam empat sore sampai jam delapan pagi akan sangat banyak kloter,”ujar Edayanti di Bandara AMAA, Madinah, Arab Saudi, Jumat (29/7/2022) malam.  

Baca Juga

Meski masih ada kloter yang diterbangkan dalam rentang waktu pukul sembilan pagi hingga enam sore, dia menjelaskan, jumlahnya tidak akan banyak.

“Paling banyak dua-tiga kloter. Artinya tidak sebanyak di malam hari,”jelas dia. 

 Dia menjelaskan, penentuan jadwal penerbangan pesawat tersebut mempertimbangkan cuaca di Madinah yang lebih panas dari Jeddah.

Menurut dia, suhu di Madinah pada siang hari bisa mencapai 49 derajat Celcius. Hal tersebut akan mempengaruhi Maximum Takeoff Weight (MTOW) alias berat lepas landas maksimum dimana pilot diizinkan untuk lepas landas karena batasan struktural atau lainnya. 

“Jadi ada beban maksimum beban pesawat yang ketika take of itu akan mempengaruhi gaya gravitasi bumi untuk mencegah itu setiap penerbangan ada penghitungan ulang,”jelas Edayanti. 

Karena itu,  Edayanti menjelaskan, pihaknya bersama maskapai memilih waktu penerbangan malam hari. Dia mengungkapkan, mereka tak mungkin mengurangi bahan bakar apalagi jumlah jamaah demi memenuhi berat landas maksimum tersebut. 

“Inilah kenapa kita berusaha semaksimal mungkin untuk terbang di malam hari supaya semuanya terangkut,”jelas dia. 

Meski demikian, Edayanti menjelaskan, ada beberapa embarkasi yang harus melakukan transit antara lain Solo (SOC) sehingga tidak mendapatkan jadwal malam. Menurut dia, kloter Solo harus transit di India untuk membuang bahan bakar terlebih dahulu. “Jadi dari Madinah, India, langsung ke Solo,”ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement