Sabtu 30 Jul 2022 11:47 WIB

Menakar Kemampuan Adaptasi Parpol Lewat Teknologi Digital pada Pemilu 2024

Terpenting dalam menyambut pemilu mendatang ialah pembenahan pola kampanye parpol

Peran teknologi digital dalam pemilu 2024 mendatang kian strategis. Diperkirakan semua partai peserta Pemilu akan memaksimalkan penggunaan teknologi digital untuk mencapai target mereka.
Foto: istimewa
Peran teknologi digital dalam pemilu 2024 mendatang kian strategis. Diperkirakan semua partai peserta Pemilu akan memaksimalkan penggunaan teknologi digital untuk mencapai target mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peran teknologi digital dalam pemilu 2024 mendatang kian strategis. Diperkirakan semua partai peserta Pemilu akan memaksimalkan penggunaan teknologi digital untuk mencapai target mereka. Terlebih  segmen pasar potensial seperti gen z dan kalangan milenial menjadi salah satu target penting selain segmen yang sudah ada.

"Mereka (milenial dan gen-z) merupakan digital native, sedangkan generasi sebelumnya merupakan digital immigrant. sehingga kata kuncinya ialah adaptasi dan kolaborasi,” tutur Dr. Aminah Swarnawati, M.Si Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi  Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta, dalam diskusi webinar Nasional bertajuk "Strategi Digitalisasi Pemasaran dan Kampanye Politik Pada Pemilu 2024", Jumat (29/7/2021).

Baca Juga

Aminah menambahkan, media konvensional mungkin penting sebagai media pemasaran politik, namun masyarakat selaku pengguna saat ini telah lebih banyak yang bergeser ke digital. Sehingga pemasaran politik di media digital menjadi penting untuk didiskusikan.

Dekan FISIP UMJ, Dr Evi Statispi, M.Si menyatakan fenomena serba elektronik seharusnya menjadi dasar untuk menggunakan instrument digital dalam pelaksanaan pemilu mendatang. Penyelenggara pemilu dalam hal ini didorong melakukan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Evi berpesan kepada mahasiswa agar berperan aktif dalam mensosialisasikan cara memilih pemimpin yang baik. “Mudah-mudahan dengan strategi yang baik, yang dilaksanakan dengan cara baik, tidak akan ada lagi praktik curang dalam pemilu, sehingga dapat menghasilkan terpilihnya pemimpin yang baik,” katanya.

Dalam paparan yang merupakan hasil diskusi mahasiswa, Trisno Muldani Perwakilan Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UMJ menyoroti tingginya biaya kampanye yang dilakukan  partai politik di Pemilu 2019 lalu. Tiga partai teratas adalah Perindo, PSI, dan Hanura. Mereka lebih banyak mengalokasikan biaya kampanye tersebut untuk membayar iklan di media konvensional, media massa maupun baliho.

“Padahal dari sisi perolehan suara justru berbanding terbalik. Justru partai yang belanja iklan politik itu mendapatkan suara sedikit, dan partai yang sudah mapanlah yang memperoleh suara yang tinggi di DPR,” ujar Trisno.

Trisno melanjutkan, saat ini seharusnya media digital lebih dipilih sebagai instrumen pemasaran dan kampanye politik. Karena ada empat kelebihan di dalamnya, yakni dari sisi target pasar, biaya, waktu, dan komunikasi, media digital jauh lebih unggul dibanding media konvensional. 

Pengamat Politik Hendri Satrio, yang menyebut bahwa aktivitas di media sosial tidak berbanding lurus dengan elektabilitas partai politik maupun politisi. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh KedaiKOPI, bahwa media yang paling dipercaya masyarakat saat ini masih dipegang oleh media konvensional seperti televisi, sementara media sosial menjadi media paling tidak dipercaya oleh publik.“Bahkan, suka atau tidak suka, selain TV, yang bisa diandalkan dan efektif ialah baliho-baliho. Jadi tidak bisa hanya mengandalkan media digital, selain tentunya harus dilihat dulu ceruk pemilihnya” kata Hendri.

Terkait pemilih pemula, Hendri juga mengungkap anak muda yang memenuhi media sosial saat ini masih belum menjadi pemilih yang independen. Hal ini berdasarkan data, di mana pilihan politik mereka masih terpengaruh oleh orang lain.“Anak-anak yang baru mencoblos di 2024, pada saat memilih dipengaruhi pilihan orang lain, misalnya orang tua mereka,” kata Hendri.

Peneliti BRIN dan Pengajar di Magister Ilmu Komunikasi UMJ, Prof. Siti Zuhro menegaskan, yang terpenting dalam menyambut pemilu mendatang ialah pembenahan pola kampanye partai politik. Menurutnya, Parpol harus berbenah dan memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Terkait digitalisasi, Siti Zuhro menuturkan, fenomena ini juga harus menjadi perhatian partai politik. Karena hal ini merupakan salah satu upaya agar publik merasakan kehadiran partai politik. “Karena bagi partai politik kampanye merupakan hal yang terus menerus diadakan. Partai harus mempu adaptif, inovatif dan menghadapi kebaruan, sebab jika tidak, animo masyarakat akan menurun,” kata Siti Zuhro.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement