Jumat 29 Jul 2022 23:50 WIB

IFLA dan UNESCO Luncurkan Manifesto Perpustakaan Umum 2022

Manifesto terbaru mendorong perpustakaan sebagai agen pembangunan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Satria K Yudha
Dua ASN melihat dokumen visual yang dipajang pada Gebyar Arsip di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/5/2022). Pemerintah Kota Bandung menggelar kegiatan gebyar arsip yang menampilkan berbagai arsip nasional serta dokumen sejarah perjuangan sebagai upaya untuk mewujudkan gerakan nasional sadar arsip.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Dua ASN melihat dokumen visual yang dipajang pada Gebyar Arsip di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/5/2022). Pemerintah Kota Bandung menggelar kegiatan gebyar arsip yang menampilkan berbagai arsip nasional serta dokumen sejarah perjuangan sebagai upaya untuk mewujudkan gerakan nasional sadar arsip.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) baru saja menggelar World Library and Information Congress (WLIC) ke-87 pada 26-29 Juli 2022 di Dublin, Irlandia. Salah satu agenda terpenting dalam kegiatan itu adalah diumumkannya Manifesto Perpustakaan Umum 2022 oleh IFLA dan UNESCO untuk merespons perubahan teknologi dan menggambarkan realitas masyarakat serta misi perpustakaan umum saat ini. 

 

“Hal ini sejalan dengan tema konferensi ‘Inspire, Engage, Enable, Connect’ yang akan merayakan pencapaian kami, pengumuman menarik tentang manifesto perpustakaan umum dari IFLA/UNESCO dan sebagai peringatan ke-75 tahun hubungan IFLA dengan UNESCO,” ujar Presiden IFLA Barbara Lison dalam siaran pers, Jumat (29/7/2022). 

 

Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando yang turut hadir dalam WLIC 2022, memberikan pandangan tentang Manifesto Perpustakaan Umum Tahun 2022 IFLA/UNESCO. Syarif mengatakan, tujuan membangun kebersamaan harus menjadi visi bersama dan masing-masing negara memiliki cara tersendiri dalam memajukan masyarakatnya. 

 

“Manifesto IFLA/UNESCO tidak pernah bergeser dari esensi dari sebuah perpustakaan untuk melakukan perubahan di dalam masyarakat. Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana kepala perpustakaan di seluruh dunia mengambil kebijakan untuk turut mendorong perubahan tersebut," kata Syarif. 

 

Manifesto Perpustakaan Umum IFLA/UNESCO menyatakan, perpustakaan umum sebagai kekuatan hidup untuk pendidikan, budaya dan informasi, serta sebagai agen penting untuk perdamaian dan kesejahteraan semua orang. Manifesto IFLA/UNESCO pertama kali dibuat pada 1949 dan telah diperbarui selama beberapa dekade seiring dengan berkembangnya peran perpustakaan di masyarakat. 

 

Dalam WLIC 2022, Indonesia diwakili lima delegasi dari Perpusnas dan satu delegasi dari BRIN. WLIC 2022 dihadiri oleh 1.934 peserta yang berasal dari 96 negara dengan sukarelawan lebih dari 200 orang dari beberapa negara anggota IFLA. 

 

Pada tahun ini, kepemimpinan Lison sebagai Presiden IFLA berakhir. Selanjutnya, IFLA akan dipimpin oleh Vicki McDonald asal Australia untuk masa 2022–2023. IFLA WLIC 2023 akan berlangsung di Rotterdam, Belanda. 

 

 

Penyusunan manifesto terbaru oleh IFLA/UNESCO melibatkan seluruh perpustakaan di dunia. Survei dilakukan IFLA pada 2020 dengan mengumpulkan masukan dari pustakawan di seluruh dunia. Lebih dari 600 tanggapan menawarkan banyak wawasan tentang bagaimana perpustakaan profesional menggunakan manifesto dalam pekerjaan mereka, dan bagaimana mereka menyarankan untuk diperbarui dan ditingkatkan. 

 

Pada tahun berikutnya, IFLA bekerja dengan UNESCO untuk menyelesaikan naskah manifesto dengan mempertimbangkan umpan balik dari para pustakawan. Tentunya tetap menyelaraskan dengan agenda UNESCO dalam memajukan akses lebih lanjut ke informasi dan pengetahuan untuk semua. 

 

Beberapa dimensi yang menjadi fokus dalam manifesto itu terkait literasi informasi, akses informasi, pelestarian informasi, etika informasi, dan informasi untuk pembangunan. Manifesto yang diperbarui menjunjung tinggi perpustakaan sebagai agen pembangunan berkelanjutan melalui posisinya sebagai ruang yang dapat diakses publik untuk pertukaran informasi, berbagi budaya, dan promosi keterlibatan masyarakat. 

 

Hal itu termasuk menyoroti inklusi, akses, dan partisipasi budaya untuk komunitas yang terpinggirkan, masyarakat adat, dan pengguna dengan kebutuhan khusus. Hal tersebut mencerminkan peran perpustakaan umum dalam membantu semua anggota masyarakat mengakses, memproduksi, menciptakan, dan berbagi pengetahuan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement