Jumat 29 Jul 2022 21:08 WIB

Muhammadiyah: Perilaku Manusia Akar Masalah Lingkungan

Tokoh agama diminta memberi edukasi pentingnya melestarikan dan menjaga lingkungan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Dua anak berjalan meniti jembatan bambu yang penuh sampah di sekitarnya, di kawasan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (8/6/2022). Menurut petugas kebersihan setempat, meski pengambilan sampah dilakukan sepekan sekali tetap ada penumpukan sampah lagi dikarenakan tidak adanya tempat penampungan sementara dan kurangnya kesadaran warga membuang sampah pada tempat yang semestinya. Muhammadiyah: Perilaku Manusia Akar Masalah Lingkungan
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Dua anak berjalan meniti jembatan bambu yang penuh sampah di sekitarnya, di kawasan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (8/6/2022). Menurut petugas kebersihan setempat, meski pengambilan sampah dilakukan sepekan sekali tetap ada penumpukan sampah lagi dikarenakan tidak adanya tempat penampungan sementara dan kurangnya kesadaran warga membuang sampah pada tempat yang semestinya. Muhammadiyah: Perilaku Manusia Akar Masalah Lingkungan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah Gatot Supangkat mengatakan, akar permasalahan lingkungan yang paling mendasar adalah perilaku manusia. Karena itu, dia mengajak kepada tokoh agama memberikan edukasi akan pentingnya melestarikan dan menjaga lingkungan. 

"Karena akar masalah lingkungan adalah perilaku manusia maka tidak ada lain, cara satu-satunya itu berarti kita harus paham bahwa perilaku ini penyebabnya adalah cara pandang manusia," ujar Gatot kepada Republika.co.id usai melakukan deklarasi dalam Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (29/7/2022). 

Baca Juga

"Karena itu mindset ini harus diubah. Sehingga dalam hal ini pendidikab diperlukan. Karena satu-satunya cara untuk mengubah mindset itu hanya melalui pendidikan," lanjutnya. 

Gatot menuturkan, dalam memberikan pendidikan itu harus dilakukan dengan cara-cara yang fundamental, yaitu dengan cara penguatan keimanan seseorang, di mana lingkungan itu sebenarnya juga merupakan satu bentuk ciptaan Allah.

"Nah, ketika kita beriman dan yakin kepada Allah, maka sudah barang tentu kita sebagai manusia, sebagai khalifah fil ardh, merawat dan mengelola lingkungan ini," ucap Gatot.

Menurut dia, merawat lingkungan itu sendiri sebenarnya juga merupakan ibadah. Ketika ibadah seseorang itu benar, maka otomatis akan tercermin di dalam ihsan yang mengarah kepada kesalehan lingkungan. 

"Inilah yang kemudian kita coba nanti setelah forum ini, umat Islam kemudian sadar ke arah sana. Para pemuka agama juga meningkatkan keimanan dari masing-masing sekat. Maka kita ingin kesadaran ini dalam bentuk teologi imanensial. Jadi, setiap manusia bisa memandang bahwa dirinya itu dalam lingkungan itu juga, bukan memisahkan," kata Gatot.

Melalui Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari, dia pun berharap semua elemen umat Islam berkolaborasi untuk meningkatkan peran umat Islam dalam mengatasi masalah perubahan iklim. 

"Karena ketika lingkungan itu rusak, perubahan iklim terjadi hebat, maka dampaknya juga pada manusia. Maka melalui forum ini kita berupaya menjadi kolaborasi untuk meningkatkan peran umat Islam Indonesia yang luar biasa," jelas Gatot.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement