Jumat 29 Jul 2022 08:11 WIB

Padatnya Penduduk Jadi Faktor Penyebab Tingginya Kasus DBD Jakarta Selatan

Kasus DBD di Jakarta Selatan cukup tinggi dalam periode Januari-Juli 2022.

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan menyampaikan kepadatan penduduk menjadi alasan kasus demam berdarah dengue (DBD) tergolong tinggi di wilayah tersebut terutama Kecamatan Pasar Minggu periode Januari hingga Juli 2022.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan menyampaikan kepadatan penduduk menjadi alasan kasus demam berdarah dengue (DBD) tergolong tinggi di wilayah tersebut terutama Kecamatan Pasar Minggu periode Januari hingga Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan menyampaikan kepadatan penduduk menjadi alasan kasus demam berdarah dengue (DBD) tergolong tinggi di wilayah tersebut terutama Kecamatan Pasar Minggu periode Januari hingga Juli 2022. "Kasus demam berdarah di Pasar Minggu karena jumlah penduduk yang banyak menjadi penyebabnya," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Jakarta Selatan, Fitria Ramdhita, Jakarta, Kamis (29/7/2022).

Tak hanya kepadatan penduduk, Fitria menambahkan beberapa faktor lainnya, seperti kawasan Pasar Minggu yang memiliki banyak lahan kosong dan suhu teduh yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Menurut Fitria, jumlah kasus DBD di Pasar Minggu yang sejumlah 167 orang memang yang paling tinggi. Namun jumlahnya tidak terlalu jauh dengan Kecamatan Pesanggarahan berjumlah 156 orang.

Baca Juga

"Kalau secara jumlah kasus kumulatif memang kecamatan pasar Minggu yg tertinggi, tidak terlalu jauh dengan Pesanggrahan," tuturnya.

Sementara itu, Camat Pasar Minggu Arief Wibowo menuturkan selain adanya banyak lahan kosong, DBD ini juga disebabkan karena pandemi COVID-19. Arief mengatakan, pihaknya sudah dari lama bekerja bakti membersihkan lingkungan termasuk adanya juru pemantau jentik (jumantik). 

Namun pandemi COVID-19 membuat segala kegiatan tertunda. Menurutnya tak hanya genangan air dalam bak atau gelas saja yang menjadi sasaran sarang jentik nyamuk berada, namun juga air yang menetes dari belakang kulkas.

"Ini kan sempat COVID-19 kurang lebih dua tahun, jadi kegiatan para jumantik juga ikut tertunda sehingga menyebabkan jentik nyamuk menumpuk," tutur Arief.

Arief berharap kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Selatan yang tinggi semakin menambah semangat para jumantik dan warga lainnya untuk terus menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungan guna bebas dari penyakit tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement