Jumat 29 Jul 2022 05:03 WIB

Alasan Fenomena Citayam Fashion Week Ada di Dukuh Atas

Jakarta menjadi magnet bagi remaja Citayam Fashion Week.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Warga bersiap melakukan peragaan busana Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Sejumlah petugas gabungan dari Dishub dan Satpol PP melakukan penjagaan dan normalisasi fungsi zebra cross untuk penyeberangan serta perlintasan kendaraan motordan mobil. Meski demikian, kegiatan fashion show jalanan tersebut masih tetap berlangsung dengan imbauan untuk menjaga ketertiban agar tidak terjadi kemacetan. Alasan Fenomena Citayam Fashion Week Ada di Dukuh Atas
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga bersiap melakukan peragaan busana Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (27/7/2022). Sejumlah petugas gabungan dari Dishub dan Satpol PP melakukan penjagaan dan normalisasi fungsi zebra cross untuk penyeberangan serta perlintasan kendaraan motordan mobil. Meski demikian, kegiatan fashion show jalanan tersebut masih tetap berlangsung dengan imbauan untuk menjaga ketertiban agar tidak terjadi kemacetan. Alasan Fenomena Citayam Fashion Week Ada di Dukuh Atas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) menjadi sorotan publik akhir-akhir ini. Mulai dari viralnya sejumlah remaja seperti Bonge dan Jeje hingga pasangan selebritas Baim Wong dan Paula Verhoeven yang mendaftarkan CFW sebagai Hak Kekayaan Atas Intelektual (HAKI). Belakangan, Baim Wong menyatakan membatalkan pendaftaran HAKI tersebut 

Hingga saat ini, area Dukuh Atas, tempat CFW berada masih ramai dikunjungi masyarakat. Tapi, kenapa ya, kok fenomena CFW terjadi di Dukuh Atas?

Baca Juga

Untuk menjawabnya, perlu menelisik dulu dari Citayam. Sosiolog perkotaan Universitas Negeri Jakarta Yuanita Aprilandini mengatakan Citayam merupakan sub urban fringe atau daerah pinggiran kota. Karakteristik yang dominan dari daerah ini adalah berciri desa-kota, di mana separuh konturnya mempunyai ciri khas agraris dan separuhnya lagi mempunyai ciri khas kota baru.

Sementara itu, DKI Jakarta yang merupakan pusat ibu kota juga dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi, politik, sosial dan budaya yang menempatkannya menjadi primary city. “Dalam konteks ini, Jakarta menjadi magnet bagi jutaan orang untuk datang dari berbagai daerah,” kata Yuanita dalam diskusi publik Menilik Bingkai Mencerdaskan Kehidupan Bangsa dalam Fenomena CFW yang diadakan oleh Megawati Institute, Rabu (27/7/2022).

Seiring berjalannya waktu, juga terjadi pertambahan pusat bisnis dan perdagangan (Central Board District_CBD). Multi-CBD Jakarta mencakup kawasan segitiga emas Kuningan, Sudirman, Thamrin, Godok-mangga Dua, TB Simatupang, Pondok Indah, dan Pantai Indah Kapuk (PIK) serta sekitarnya.

“Salah satu kritik terhadap pembangunan kota adalah pembangunan yang terlalu dipusatkan pada kota utama. Ini membuat penduduk di pinggiran berkiblat ke kota utama, baik untuk pendidikan, gaya hidup, orientasi pekerjaan, dan lain-lain,” ujarnya.

Yuanita menilai remaja Citayam juga membutuhkan ruang aktualisasi yang tidak bisa disediakan di daerahnya. Akses yang mudah ke kota utama (Jakarta) dapat mempermudah aktualisasi diri mereka dan mencari perhatian publik sekaligus menghasilkan keuntungan ekonomi untuk menjadi viral di media sosial.

“CFW yang dilakukan di area Dukuh Atas sebenarnya masuk dalam kategori CBD Jakarta. Jika CFW diadakan di Citayam, maka gaungnya belum tentu bisa menjadi viral, karena Citayam bukan Jakarta. Pemilihan lokasi ini kata dia semakin memperlihatkan Citayam tetap berkiblat ke Jakarta,” tambahnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement