Rabu 27 Jul 2022 05:56 WIB

Mengajar dengan Teknik Dialog Menurut Rasulullah SAW

Mengajar dengan Teknik Dialog Menurut Rasulullah SAW

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Mengajar dengan Teknik Dialog Menurut Rasulullah - Suara Muhammadiyah
Mengajar dengan Teknik Dialog Menurut Rasulullah - Suara Muhammadiyah

Mengajar dengan Teknik Dialog Menurut Rasulullah

Oleh: Tito Yuwono

Pendidikan dan pengajaran adalah proses yang sangat penting dalam penyiapan generasi. Setiap satuan pendidikan (sekolah) semestinya terus menerus mengusahakan peningkatan kualitas berkelanjutan. Dalam konteks Sekolah Islam, selain kompetensi mata pelajaran umum juga ada kompetensi yang tidak kalah pentingnya yaitu aqidah, ibadah, dan akhlaq. Setiap lembaga sekolah harus selalu mengevaluasi hasil pengajaran yang diberikan untuk perbaikan ke depannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Diantaranya adalah kurikulum, guru, pelajar, fasilitas, serta teknik mengajar. Kreatifitas guru dalam mengajar adalah faktor yang paling menentukan.  Ketika pelajar merasa jenuh dan bosan dalam belajar karena suasana kelas monoton, ini merupakan alarm bagi guru. Karena akan mengakibatkan kurangnya tingkat pemahaman pelajar sehingga objektif pengajaran tidak tercapai. Biasanya teknik mengajar yang hanya menggunakan ceramah satu arah akan mengakibatkan kondisi yang demikian.

Salah satu teknik mengajar untuk meningkatkan perhatian pelajar adalah dengan dialog. Dialog merupakan interaksi resiprokal/timbal balik antara guru dan pelajar. Teknik dialog ini dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ ketika mendidik sahabat beliau. Rasulullah ﷺ adalah sebaik-baik murabbi dan guru. Hadis di bawah ini merupakan salah satu contoh Rasulullah ﷺ dalam menyampaikan fadhilah salat lima waktu. Rasulullah ﷺ tidak langsung menyampaikan fadhilahnya, namun didahului dengan pertanyaan kepada sahabat Beliau ﷺ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

 

أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا

قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا

“Tahukah kalian, andaikan di depan rumah kalian ada sungai mengalir dan kalian mandi di sana lima kali sehari, adakah kotoran yang masih melekat di badan kalian?” Para sahabat menjawab: “Tidak akan tersisa sedikit pun kotorannya.” Beliau ﷺ berkata: “Demikianlah salat lima waktu, Allah jadikan sebagai pembersih dosa.” [HR. Bukhari dan Muslim]

 

Manfaat Teknik Dialog dalam Mengajar

Banyak sekali manfaat jika seorang guru menggunakan teknik dialog. Diantaranya adalah

Ketika guru mendialogkan materi yang sudah disampaikan kepada pelajar, guru akan mengetahui bagaimana tingkat pemahaman pelajar. Ini sangat penting bagi guru, untuk tindakan selanjutnya apakah materi akan diulang lagi atau lanjut ke materi berikutnya. Juga dapat diketahui bagian-bagian mana dari materi yang diajarkan yang belum dipahami pelajar. Sehingga pengulangan materi ditekankan pada materi yang belum dipahami.

Mendengarkan dan proaktif adalah merupakan sofskill. Dengan komunikasi dua arah, maka softskill menjadi pendengar yang baik dan proaktif akan terasah. Pendengar aktif tidak sekedar mendengarkan tapi juga berusaha merasakan, menghayati dan memahami apa yang disampaikan. Setelah itu pelajar akan merespon apa yang sampaikan guru, bisa berupa pertanyaan maupun pendapat. Hal inilah yang dinamakan proaktif. Jiwa proaktif tidak akan mucul dari orang yang tidak mempunyai skill pendengar yang baik. Karena pelajar proaktif ketika bicara sesuai dengan konteks yang sedang didiskusikan.

Teknik dialog akan meningkatkan skill komunikasi pelajar. Pelajar akan semakin terlatih mengartikulasi apa yang dipikirkan dengan bahasa lesan. Skill ini sangat penting untuk bekal di masyarakat maupun di dunia kerja.

Kita merupakan makhluq sosial yang sangat memerlukan berinteraksi antar sesama. Teknik dialog yang dibangun oleh guru akan menunjang kompetensi ini. Pelajar dilatih untuk bagaimana berinteraksi yang baik antar pelajar dengan guru juga antar pelajar. Pelajar dilatih untuk memperhatikan, menghayati serta mengapresiasi. Jika tidak sependapat, pelajar terbiasa juga untuk menghormati dan berkomunikasi dengan asertif.

Dalam teknik dialog sangat mendukung pelajar untuk selalu siap dalam proses pengajaran. Karena dalam proses ini ada pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru ke semua pelajar maupun ke perseorangan pelajar. Pelajar akan senantiasa segar dan fokus memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.

Jika pemahaman belum mapan/sampai dan usia belum dewasa sangat mungkin pikiran atau logika pelajar belum lurus, sehingga perlu diluruskan. Rasulullah ﷺ sang teladan juga menggunakan metode ini untuk meluruskan logika seorang laki-laki yang akan berbuat maksiat, yaitu zina. Lantas Rasulullah ﷺ mengajak dialog dengan menyampaikan beberapa pertanyaan kepada lelaki tersebut sehingga menjadi lurus logikanya dan tidak jadi berbuat maksiat.

Kita bisa mengambil suri tauladan dari metode Nabi ﷺ dalam menasehati para sahabatnya. Berikut terjemahan dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad terkait dialog ini.

 

Abu Umamah bercerita, “Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi ﷺ seraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”. Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, mereka berkata, “Diam kamu, diam!”. Rasulullah ﷺ berkata, “Mendekatlah”. Pemuda tadi mendekati beliau dan duduk.

Nabi ﷺ bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”. “Tidak demi Allah wahai Rasul” sahut pemuda tersebut. “Begitu pula orang lain tidak rela kalau ibu mereka dizinai”. “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”. “Tidak demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika putri mereka dizinai”. “Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”. “Tidak demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai”. “Relakah engkau jika bibi dari jalur bapakmu dizinai?”. “Tidak demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai”. “Relakah engkau jika bibi dari jalur ibumu dizinai?”. “Tidak demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai”.

Lalu Rasulullah ﷺ meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya”.

Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina”.

Dari hadis ini kita bisa ambil pelajaran bahwa begitu arif dan sabarnya Rasulullah ﷺ dalam mengajar. Juga dengan menggunakan teknik yang tepat untuk menyadarkan dan meluruskan logika sang pemuda yang berniat berzina. Selain itu beliau ﷺ juga mendoakan pemuda tadi.

Penutup

Dalam diri Rasulullah ﷺ banyak keteladanan diberbagai aspek. Dalam aspek pedagogik, salah satu yang digunakan oleh Beliau ﷺ  adalah dengan dialog atau tanya jawab. Banyak manfaat dari teknik dialog ini sebagaimana disampaikan di atas. Selain penyerapan transfer ilmu yang optimal juga manfaat softskill lain yang akan menjadi bekal pelajar untuk masa depannya. Semoga Allah Ta’ala berikan kemudahan dan kesuksesan guru-guru dan ustadz-ustadzah  dalam mengajar generasi kita. Wallahu a’lam bishshowwab.

*Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta, dan Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement