Selasa 26 Jul 2022 07:26 WIB

Kadin Soroti Kunjungan Jokowi ke China

Intensitas perdagangan dan investasi Indonesia dan China selama ini terus bertumbuh.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang dirilis oleh Biro Pers dan Media Istana Kepresidenan Indonesia, Presiden Indonesia Joko Widodo, kiri, melambai saat ia dan istrinya Iriana naik pesawat kepresidenan untuk berangkat ke China, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang di pinggiran Jakarta, Indonesia, Senin, 25 Juli 2022.
Foto: Indonesian Presidential Palace via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Biro Pers dan Media Istana Kepresidenan Indonesia, Presiden Indonesia Joko Widodo, kiri, melambai saat ia dan istrinya Iriana naik pesawat kepresidenan untuk berangkat ke China, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang di pinggiran Jakarta, Indonesia, Senin, 25 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, kunjungan Presiden Jokowi ke Tiongkok menandakan cara Indonesia melihat pentingnya kedua negara memperbaharui komitmen kerja sama ekonomi yang sudah terjalin erat selama ini. Menurut Kadin, tantangan geoekonomi dan geopolitik baik di kawasan maupun global mengharuskan kedua negara ekonomi terbesar di Indo Pasifik dan bagian dari G20 untuk menghasilkan kebijakan ekonomi yang lebih inovatif dan adaptif. 

"Kami sebagai pelaku usaha melihat pentingnya membangun kembali rezim perdagangan dan investasi yang lebih adil, resilien dan juga terbuka pada masa paska pandemi. Tentunya RRT menjadi partner paling strategis untuk mewujudkan hal tersebut," ujar Wakil Ketua III Kadin Shinta Widjaja Kamdani kepada Republika.co.id, Senin (25/7/2022).

Baca Juga

Ia menjelaskan, level dan intensitas perdagangan dan investasi Indonesia dan China selama ini terus bertumbuh dan juga paling besar dibandingkan negara lainnya. Hanya saja, kata dia, masih banyak potensi lain yang perlu digarap, diversifikasi, atas komoditas ekspor dan impor serta pendanaan berbagai sektor ekonomi baru juga yang perlu kedua negara bicarakan secara konsisten. 

"Selama pandemi, kita melihat tren deglobalisasi dan proteksionisme yang pada akhirnya akan menghambat potensi pertumbuhan ekonomi nasional, kolaborasi dan kesepakatan antar negara khususnya Indonesia dan China. Tujuannya agar kembali membangun stabilitas ekonomi global amatlah krusial," jelas Shinta.

Kadin, lanjutnya, mendukung agenda pemerintah dalam memperkuat kerja sama ekonomi. Khususnya dalam beberapa sektor strategis. 

"Di antaranya pembangunan energi terbarukan, infrastruktur hijau dan transportasi, ekosistem digital yang modern. Lalu penguatan sistem kesehatan yang lebih siap menghadapi ancaman di masa datang," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement