Senin 25 Jul 2022 21:35 WIB

PBB Diharapkan Berperan Cabut Pembatasan Ekspor Gandum dan Pupuk Rusia

Rusia dan Ukraina menyepakati koridor ekspor gandum.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pertanian Gandum di Ukraina
Foto: Reuters/VOA
Pertanian Gandum di Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia berharap PBB mengambil bagian peran terkait janjinya mencabut pembatasan tidak langsung terhadap ekspor gandum dan pupuk asal negara tersebut. Hal itu setelah Rusia dan Ukraina menyepakati koridor ekspor gandum di Istanbul, Turki, 22 Juli lalu.

“Dalam hal ini, PBB, seperti yang telah kami katakan, perlu menerapkan bagian yang terkait dengan pembatasan tidak langsung pada ekspor Rusia, yaitu ekspor gandum dan pupuk. Tidak ada (pembatasan) langsung, tetapi ada yang tidak langsung, yang mencegah upaya untuk memastikan ekspor penuh, yang sangat diperlukan untuk pasar global, terutama di bagian dunia di mana masalah kelaparan menjadi jelas. Ini sangat penting," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Senin (25/7/2022), dilaporkan kantor berita Rusia, TASS.

Dia menekankan, banyak pekerjaan telah dilakukan untuk mencapai kesepakatan, terutama oleh Moskow. "Mari kita tunggu peluncuran mekanisme yang dibuat berdasarkan kesepakatan itu sebelum menilai efektivitasnya," ucap Peskov.

Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menyepakati koridor ekspor gandum. Kesepakatan yang dimediasi PBB dan Turki diharapkan akan membantu menekan melonjaknya harga pangan global. Sebab dengan perjanjian itu, ekspor gandum Ukraina akan kembali seperti ke masa sebelum perang, yakni sebesar 5 juta ton per bulan.

Namun usai perjanjian itu disepakati, Rusia melancarkan serangan udara ke pelabuhan Odesa. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky segera mengecam tindakan Moskow yang dianggapnya barbar. Menurut dia, serangan tersebut menunjukkan bahwa Rusia tak dapat dipercaya untuk menerapkan kesepakatan yang dicapai sehari sebelumnya di Istanbul.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement