Senin 25 Jul 2022 16:54 WIB

Florawisata Banyukuning, Alternatif Wisata Keluarga Baru di Kabupaten Semarang

Daya tarik wisata ini mengusung tiga konsep wisata sekaligus.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Berbagai aktivitas pengunjung di wahana edukasi kompleks Florawisata Banyukuning, Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sebagai destinasi daya tarik wisata keluarga alternatif, florawisata yang baru ini menawarkan berbagai daya tarik wahana dan paket wisata edukasi pedesaan.
Foto: Istimewa
Berbagai aktivitas pengunjung di wahana edukasi kompleks Florawisata Banyukuning, Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sebagai destinasi daya tarik wisata keluarga alternatif, florawisata yang baru ini menawarkan berbagai daya tarik wahana dan paket wisata edukasi pedesaan.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Satu lagi alternatif wisata keluarga hadir di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Daya tarik wisata (DTW) yang baru sepekan diperkenalkan kepada publik ini, sekaligus melengkapi khasanah wisata keluarga di daerah setempat.

Sesuai namanya, Florawisata Banyukuning, DTW ini berlokasi di wilayah Desa Banyukuning, Kecamatan Bandungan dan dikenalkan sebagai DTW yang mengusung tiga konsep wisata sekaligus.

Yakni wisata keluarga, wisata kuliner, sekaligus wisata edukasi (perkebunan dan peternakan) yang didukung panorama alam lereng selatan Gunung Ungaran yang cukup menawan.

Selain spot view golden sunrise dan golden sunset, Florawisata Banyukuning juga menyuguhkan panorama alam pegunungan hingga 360 derajat, dengan latar belakang jajaran sejumlah gunung yang ada di Jawa Tengah.

"Seperti halnya Gunung Ungaran, Lawu, Merbabu, Telomoyo, Sindoro, serta Sumbing,” ungkap Manager Operasional Florawisata Banyukuning, Pristyono Hartanto, yang dikonfirmasi di Bandungan, Kabupaten Semarang.

Gabungan tiga konsep wisata ini dipilih untuk memberikan alternatif berlibur dan berwisata yang lebih lengkap dan menyenangkan, dengan berbagai wahana serta paket wisata yang ditawarkan kepada semua segmen usia.

Sejauh ini, kata Pristyono, sejumlah tempat wisata baru yang hadir di tengah-tengah masyarakat cenderung menonjolkan spot-spot swafoto yang ‘instagramable’ dan jamak membidik segmen remaja dan milenial.

Di Florawisata Banyukuning, mulai dari anak-anak hingga orang tua akan bisa menikmati value suasana liburan mereka. “Khusus untuk anak-anak selain ada arena permainan juga ada berbagai paket wisata edukasi,” jelasnya.

Saat ini, lanjut Pristyono, Florawisata Banyukuning menempati lahan (total) seluas 7,5 hektare. Tetapi yang sudah dioptimalkan baru mencapai sekitar 2,5 hektare.

Meliputi taman bunga, resto, wahana tangkap ikan, spot selfie, kebun anggur, mini zoo (wisata berkuda, aneka hewan reptil, ikan budi daya, foodcourt makanan tradisional, camping ground, dan campervan.

“Untuk taman, kami ada klaster aneka jenis florikultura, ada taman batu Luna Maya, perkebunan anggur, dan taman koleksi berbagai batuan unik. Salah satunya koleksi batu marmer hitam dari Belanda,” ungkapnya.

Ke depan, lanjut Pristyono, akan disiapkan kawasan perkebunan, seperti perkebunan buah (golden melon), green house aneka tanaman sayuran guna mendukung wisata edukasi perkebunan, cottage di tengah persawahan, pasar terapung, dan sebagainya.

Termasuk kolam renang alam untuk anak- anak dan dewasa serta amphitheater (panggung terbuka) untuk berbagai pertunjukan/pagelaran budaya, Aviari Zoo Café, dan berbagai wahana permainan anak.

“Secara umum, pengelolaan tempat wisata ini bekerjasama dengan Pemerintah Desa Banyukuning, guna mendorong peningkatan pendapatan serta perekonomian desa” tegasnya.

Desa wisata

Sejak dilakukan soft opening pada 17 Juli 2022 lalu, lanjut Pristyono, berbagai kegiatan untuk mengangkat potensi ekonomi dan UMKM lokal juga digelar melalui acara ‘Sunday Market’ sebagai ajang promosi berbagai potensi dan produk UMKM lokal.

Beragam paket Banyukuning Village Tour (safari ‘sambang dusun’) dengan ATV dan jeep juga sudah dapat dinikmati dengan mengajak pengunjung bersafari keliling desa untuk mengenal dan menikmati berbagai potensi masing-masing dusun di Desa Banyukuning.

Berbagai fasilitas juga telah disiapkan mulai dari kamar mandi, tolilet, bahkan area parker seluas 6.000 meter persegi yang mampu menampung hingga 300 mobil. Harga tanda masuk kawasan florawisata ini hanya Rp 15 ribu per orang. “Setelah kami soft launching, untuk saat ini masih didiskon 30 persen,” ujarnya.

Kepala Urusan (Kaur) Kesra Desa Banyukunging, Zaitun menambahkan, hasil rembug desa telah menyepakati untuk mewujudkan Desa Wisata guna meningkatan PADes dan kesejahteraan warga.

Terlebih Banyukuning merupakan salah satu desa penyangga pariwisata di Kecamatan Bandungan yang lokasinya cukup dekat dengan kawasan Candi Gedongsongo dan wisata Bandungan.

Konsep pemberdayaan diwujudkan melalui pelibatan 95 persen karyawan dari warga Desa Banyukuning, kecuali di level manajerial.

Foodcourt untuk memfasilitasi UMKM warga desa setempat. “Sehingga tidak membebani biaya sewa yang dapat membiat harga harga makanan dan minuman menjadi mahal,” jelasnya.

Tak hanya itu, para pemilik kuda di Desa Banyukuning juga diberdayakan untuk wahana wisata berkuda. Salah satu paket wisata unggulan yang langsung menyentuh masyarakat adalah Banyukuning Village Tour.

Dengan adanya paket wisata ini masyarakat secara luas tidak hanya terlibat dalam pengelolaan, namun secara ekonomi masyarakat sekitar juga terangkat. “Karena masyarakat yang tidak memkliki akses langsung dapat terlibat di dusun masing-masing,” lanjutnya.

Di Banyukuning, ada 12 dusun dengan beragam potensi. Antara lain Dusun Tlogosari ada sentra tahu gembus, Kaliwinong ada sentra alpukat, Ploso olahan gula kacang, dan gula aren, Mendongan unggulan kopi, Mberokan ada produk pohon, dan Dusun Krajan merupakan sentra hortikultura.

“Tak hanya UMKM, budaya lokal juga didorong untuk mendukung tempat wisata ini, seperti reog, jaran kepang, dan seni ketoprak,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement