Senin 25 Jul 2022 08:06 WIB

Citayam Fashion Week di Dukuh Atas, Anies Dinilai Berhasil Ciptakan Ruang Publik

Anies dinilai buat Dukuh Atas jadi ruang publik dengan trotoar besar dan nyaman

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Nur Aini
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ajak catwalk Dubes Uni Eropa hingga Wakil Presiden Bank Investasi Eropa ke SCBD Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Selasa (19/7).
Foto: Republika/zainur mahsir ramadhan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ajak catwalk Dubes Uni Eropa hingga Wakil Presiden Bank Investasi Eropa ke SCBD Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Selasa (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI, Fahira Idris, Fahira Idris, menilai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berhasil menciptakan ruang publik yang bermakna. Ia menilai Kawasan Dukuh Atas kini bukan lagi sekadar ruas jalan untuk kendaraan bermotor saja, tetapi ditransformasi menjadi ruang publik yang disempurnakan dengan trotoar besar dan nyaman, jalur sepeda, fasilitas transportasi umum yang terintegrasi sehingga warga bisa berinteraksi dan berekspresi.

Oleh karena itu menurutnya tidak heran, jika saat ini Kawasan Sudirman terutama Dukuh Atas ramai dipenuhi oleh para remaja yang dikenal dengan istilah anak SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok) dengan aktivitas dan kreativitas utamanya 'beradu' outfit layaknya peragaan busana atau yang dikenal dengan istilah 'Citayam Fashion Week'. 

Baca Juga

"Kreativitas yang lahir di ruang publik ini salah satunya karena ruang publik yang dibangun berhasil menghadirkan makna bagi yang menikmatinya sehingga lahirlah inspirasi untuk berkreasi. Menurut saya Pak Anies berhasil membuat ruang-ruang publik yang bermakna selama memimpin Jakarta,” ujar Fahira Idris melalui keterangan tertulisnya, Senin (25/7/2022).

Menurut Fahira, selain bermakna, Fahira menilai banyak ruang publik di Jakarta yang dibangun dalam beberapa tahun terakhir ini juga berdimensi responsif, demokratis, dan universalitas. Responsif yang dimaksud yaitu ruang publik didesain dan diatur untuk melayani kebutuhan pengguna atau dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan warga atau accessible for all. Kemudian demokratis artinya ruang publik bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang mengunjunginya tanpa perbedaan sosial, ekonomi, dan juga perbedaan budaya.

Sedangkan, universalitas mengharuskan ruang publik mempertimbangkan berbagai kelas dan status kebutuhan masyarakat, ramah disabilitas, lansia, perempuan, dan anak. "Itulah penting untuk memastikan ruang publik dikelola atau dikuasai oleh Pemerintah Kota agar kesetaraan di ruang publik bisa bersemai," ucapnya. 

Namun demikian, ia mengimbau agar masyarakat  yang memanfaatkan ruang publik juga harus berkomitmen menaati aturan. Salah satu hal sederhana yaitu dengan tidak membuang sampah sembarangan atau tidak menggunakan ruang publik yang tidak sesuai peruntukannya misalnya dijadikan tempat tiduran. 

"Bahkan, pengguna ruang publik bukan hanya harus mentaati tetapi bersama menjaga agar ruang publik selamanya menjadi ruang yang tetap aman dan nyaman," tutur Fahira. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement