Senin 25 Jul 2022 01:01 WIB

Himbara Semakin Agresif Salurkan Pembiayaan Hijau 

Kontribusi Bank Mandiri pada pembiayaan hijau mencapai 11 persen dari total kredit.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Sejalan dengan upaya pemerintah dan industri global untuk mendorong peningkatan pembiayaan berkelanjutan, tren ekonomi hijau pun konsisten meningkat.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Sejalan dengan upaya pemerintah dan industri global untuk mendorong peningkatan pembiayaan berkelanjutan, tren ekonomi hijau pun konsisten meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejalan dengan upaya pemerintah dan industri global untuk mendorong peningkatan pembiayaan berkelanjutan, tren ekonomi hijau pun konsisten meningkat. Hal ini secara langsung berdampak pada permintaan pembiayaan berkelanjutan atau sustainable financing yang ikut naik.

Merespons hal tersebut, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menyatakan dukungannya terhadap transisi ekonomi hijau. Anggota Himbara, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pada kuartal I 2022 kontribusi perseroan terhadap pembiayaan berkelanjutan dan pembiayaan hijau masing-masing sebesar Rp 209,8 triliun atau 24,9 persen dari total kredit dan Rp 96,8 triliun atau 11,5 persen dari total kredit.

Baca Juga

Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, mengatakan perseroan berupaya mendorong transisi dan pertumbuhan perekonomian hijau di dalam negeri. Hal ini bertujuan untuk mencapai aspirasi sebagai pemimpin pasar pembiayaan berkelanjutan di Indonesia.

"Bank Mandiri secara konsisten terus melanjutkan komitmen untuk menjaga dan meningkatkan prinsip keuangan berkelanjutan (sustainable finance) yang dapat berkontribusi secara langsung terhadap industri keuangan nasional. Antara lain dengan mengembangkan pembiayaan yang selaras dengan POJK 51/2017, Roadmap NDC/NZE Indonesia, serta framework ESG (Environmental, Social and Governance) yang mengacu pada best practices," ujarnya, Ahad (24/7/2022).

 

Darmawan menyebut untuk mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030 dan Net Zero Emission (NZE)pada 2060, kebutuhan pembiayaan hijau sebesar 281 miliar dolar AS. Terkait kebutuhan tersebut, perseroan menargetkan secara konsisten berkontribusi sebesar 21 persen sampai 23 persen terhadap porsi pembiayaan hijau nasional guna mendukung tercapainya target NDC dan NZE Indonesia.

Adapun salah satu upaya yang turut dilakukan perseroan untuk mencapai aspirasi tersebut, yakni secara bertahap menerapkan strategi konversi brown sector to green sector melalui penyusunan skema pembiayaan hijau kepada perusahaan yang telah memiliki timeline transisi untuk mendukung lower carbon emission yang juga sesuai dengan Roadmap Transisi Energi Nasional.

Adanya berbagai inisiatif dan dukungan dari pemerintah, regulator, sektor keuangan, dan seluruh stakeholder terkait, Darmawan meyakini hal ini dapat memicu peningkatan investasi baru seperti pembiayaan ke energi terbarukan beserta ekosistemnya. Menurut dia, kunci utama untuk mewujudkan hal ini yakni kolaborasi dari seluruh pihak baik dari pemerintah, regulator, industri keuangan, masyarakat, dan seluruh stakeholder terkait baik secara nasional maupun global.

"Melalui sinergi ini, diharapkan dapat mengembangkan ekosistem pembiayaan hijau sesuai best practices dan mendukung transisi energi yang affordable bagi sektor riil, institusi keuangan, serta investor dapat bersama-sama menjadikan bumi sebagai tempat tinggal yang lebih baik bagi generasi masa yang akan datang," ucapnya.

Sementara itu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk semakin optimistis untuk mendorong kinerja pembiayaan hijau. Hal ini seiring dengan efektifnya penerbitan obligasi hijau atau green bond senilai Rp 5 triliun. 

Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom mengatakan kinerja pembiayaan hijau perseroan masih tumbuh positif seiring perjanjian kredit berkelanjutan yang berjalan agresif segmen UMKM maupun korporasi pada paruh pertama 2022.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement