Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Rohmat

Filsafat Islam dalam Dunia Pendidikan

Edukasi | Friday, 22 Jul 2022, 07:11 WIB

FILSAFAT ISLAM DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Oleh :

Nur Rohmad

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang

Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Didalam menghadapi dinamika dunia yang semakin maju dan mengalami pergeseran nilai-nilai budaya kepada materialistis dan liberal ini, pendidikan khususnya pendidikan islam atau pendidikan yang bernafaskan islam menjadi sebuah harapan seperti oase di padang gurun. Dimana sebuah generasi diciptakan secara terstruktur melalui dunia pendidikan islam yang mampu mengupas tuntas segala persoalan kehidupan mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks dan bersifat ilahiyah. Sudah menjadi fitrah manusia sejak masih dalam kandungan hingga terlahir di dunia untuk terus mencari tahu tentang segala sesuatu di dunia ini dan di alam langit atau sesuatu yang bersifat metafisika. Mengutip dari buku karya Profesor Yunahar Ilyas yang berjudul Typologi Manusia Menurut al Qur’an (2007, Labda Press) para cendekiawan muslim telah memberikan padangannya masing-masing yang bersumber dari al Qur’an dan as Sunnah. Misalnya seperti Ibnu Katsir, yang membahas surah al-A'raf ayat ke-172 yang artinya sebagai berikut. "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." Dari kutipan ayat diatas menegaskan bahwa manusia itu dalam pencarian akan sesuatu yang menjadi keingintahuannya tersebut telah bersaksi bahwa mereka mengimani Allah sebagai Rabbnya dan tidak ada Tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia. Fitrah inilah yang kelak saat dewasa dimana manusia mengalami yang namanya tekanan batin, kelelahan batin, kepahitan hidup secara naluri mencari sesuatu yang bisa disandarkan sebagai tempat terakhir didalam menyerahkan semua kepahitan-kepahitan dan rasa putus asa kecewa yang manusia temui di dunia ini. Filsafat sendiri bisa diartika sebagai jalan mencari kebijaksanaan, jalan cinta didalam memahami kondisi-kondisi realitas yang terjadi, sehingga manusia mampu bersikap bijak dan tidak putus asa. Pada proses pencarian jawaban atas persoalan-persoalan inilah manusia seringkali mengalami berbagai hambatan seperti keraguan, rasa putus asa, hingga bahkan rasa anti Tuhan atau anti terhadap adanya Tuhan itu sendiri, hal tersebut adalah salah satu akibat dari kondisi dunia yang semakin liberal dan materialistis, ditambah lagi dengan kurangnya pendidikan akan agama atau bisa dikatakan agama hanya menjadi objek kajian keilmuan namun tidak menjadi ruh, spirit atau way of life. Pembahasan mengenai agama, filsafat dan ilmu pengetahuan memang sesuatu yang menarik untuk dijadikan topik diskusi sebab agama dan filsafat sendiri bersifat metafisik dan ilmu pengetahuan bersifat empiris, rasional, objektif dan akumulatif. Maka kemudian pada perjalanan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat islam, kita bisa melihat beberapa orang islam yang memiliki pengaruh besar terhadap filsafat islam dan ilmu pengetahuan. Seperti Hujjatul Islam yaitu Imam Al Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Al Ghazali melalui karya menumentalnya yang sangat termasyhur bahkan hingga ke dunia barat yaitu Ihya’ Ulummudin, kitab ini sendiri ditulis untuk memulihkan kembali keseimbangan dan keselarasan antara eksoterik (dimensi luar/ lahir seperti syariat) dan esoterik (dimensi dalam/ batin seperti tasawuf atau jalan spiritual) dengan demikian Al Ghazali sendiri berusaha menjembatani antara ilmu pengetahuan (red barat) dengan agama islam, integrasi antara ilmu pengetahuan dan agama islam sendiri adalah sebuah jawaban bagi para cendekiawan barat yang mengatakan bahwa agama (islam) akan memberikan batas-batas pada kemajuan ilmu pengetahuan, atau kata lain agama adalah candu yang akan membuat seseorang terkungkung dengan dogma-dogma, bagi kalangan umat islam sendiri karya dari Al Ghazali ini adalah sebuah jawaban namun juga sebuah peringatan, jawaban bahwa orang islam sendiri mampu bersaing secara akal dan ilmu pengetahuan dengan dunia barat dengan tetap berpegang teguh kepada al Qur’an dan as Sunnah, menjadi sebuah peringatan bahwa secara tidak sadar umat islam sendiri mengalami kejumudan dan kemunduran maka diperlukan pemantik yang luar biasa, yang mampu mengobarkan api perjuangan dalam belajar agama islam sendiri dan juga ilmu pengetahuan barat. Ilmu pengetahuan barat dengan keliberalannya tersebut tetaplah harus dipelajari oleh umat islam sebagai sebuah disiplin keilmuan, bukan sebagai akidah, sebagaimana mempelajari agama lain sebagai sebuah pengetahuan hukumnya adalah boleh tetapi jangan sampai merusak akidah. Filsafat sendiri adalah sebuah alat untuk membuka tabir sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh inderawi manusia sekaligus berpikir tentang kebijaksanaan, sementara ilmu pengetahuan adalah sebuah alat/ tools untuk menyelesaikan persoalan yang mampu ditangkap oleh inderawi manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image